Inilah Tradisi Ekstrem Suku Naulu, Mengawetkan Mayat dengan Daun Sirih

Afif Khoirul M

Penulis

Ilustrasi - Suku Naulu dari Pulau Seram.

Intisari-online.com - Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang tersebar di seluruh negeri.

Tradisi-tradisi ini ada yang bisa disebut ekstrem, namun telah dilakukan secara turun-temurun.

Salah satunya adalah tradisi yang masih dilakukan oleh suku Naulu ini.

Suku Naulu adalah salah satu suku asli yang mendiami Pulau Seram, Maluku.

Suku ini memiliki tradisi-tradisi unik dan menarik yang mencerminkan kearifan lokal dan kepercayaan mereka terhadap alam.

Salah satu tradisi yang paling menonjol adalah cara mereka mengawetkan mayat dengan daun sirih.

Daun sirih adalah tanaman yang biasa digunakan sebagai obat tradisional atau bahan siraman.

Namun, bagi suku Naulu, daun sirih memiliki fungsi yang lebih penting, yaitu sebagai bahan pengawet mayat.

Menurut kepercayaan mereka, daun sirih dapat menjaga mayat agar tidak membusuk dan mengeluarkan bau tidak sedap.

Proses pengawetan mayat dengan daun sirih dilakukan dengan cara membungkus mayat dengan kain putih, kemudian menempelkan daun sirih di seluruh permukaan tubuh mayat.

Setelah itu, mayat dibawa ke rumah duka yang disebut Tikusune, yaitu sebuah bilik berukuran 2x2 meter.

Baca Juga: Jadi Sunah Nabi, Nikah di Bulan Syawal Ternyata Lahir dari Tradisi Masyarakat Arab di Zaman Jahiliyah

Tikusune berfungsi sebagai tempat mengasingkan diri bagi kaum wanita yang akan melahirkan atau mendapat menstruasi pertama.

Di dalam Tikusune, mayat diletakkan di atas sebuah alas bambu dan ditutupi dengan kain hitam.

Mayat yang sudah dibungkus dengan daun sirih akan tetap berada di dalam Tikusune selama beberapa bulan hingga beberapa tahun, tergantung dari keinginan keluarga atau marga.

Selama masa pengawetan, keluarga atau marga akan rutin mengganti daun sirih yang sudah layu dengan yang baru.

Mereka juga akan memberikan sesaji berupa makanan dan minuman kepada mayat sebagai bentuk penghormatan dan kasih sayang.

Tujuan dari tradisi pengawetan mayat dengan daun sirih ini adalah untuk memberikan waktu bagi keluarga atau marga untuk mempersiapkan upacara pemakaman yang layak dan megah.

Upacara pemakaman suku Naulu biasanya melibatkan ritual-ritual adat seperti menari, menyanyi, memotong hewan kurban, dan bahkan memenggal kepala manusia sebagai mas kawin.

Upacara pemakaman ini dianggap sebagai peristiwa penting yang menandai perpindahan roh dari dunia fana ke dunia baka.

Tradisi pengawetan mayat dengan daun sirih ini merupakan salah satu bentuk kekayaan budaya Indonesia yang patut dilestarikan dan dihargai.

Tradisi ini menunjukkan betapa kuatnya ikatan emosional antara suku Naulu dengan alam dan leluhur mereka.

Tradisi ini juga menunjukkan betapa besarnya rasa hormat dan cinta mereka terhadap orang-orang yang telah meninggal dunia.

Baca Juga: Falsafah Jawa di Balik Kesuksesan Film-film Marvel Cinematic Universe

Artikel Terkait