Intisari-online.com -Marvel Cinematic Universe (MCU) adalah sebuah waralaba media yang berbasis pada karakter-karakter pahlawan super dari komik Marvel.
MCU mencakup berbagai film, serial televisi, dan media lain yang saling terhubung dalam satu alam semesta fiksi.
MCU telah menjadi salah satu waralaba film terlaris dan terpopuler di dunia, dengan pendapatan lebih dari 22 miliar dolar AS dan penghargaan berbagai macam.
Salah satu faktor yang membuat MCU begitu sukses adalah kemampuannya untuk menghadirkan cerita-cerita yang menarik, menghibur, dan menginspirasi.
Cerita-cerita tersebut tidak hanya menampilkan aksi-aksi spektakuler dan efek visual yang memukau, tetapi juga mengandung pesan-pesan moral dan nilai-nilai kebaikan yang universal.
Dalam hal ini, MCU sebenarnya memiliki kesamaan dengan falsafah Jawa, yaitu ilmu yang mempelajari tentang filsafat yang bertumpu pada pemikiran-pemikiran yang berakar pada budaya Jawa.
Falsafah Jawa adalah salah satu cabang dari filsafat Timur, yang umumnya berdasarkan pada pemikiran para filsuf di India dan Tiongkok.
Berikut adalah beberapa contoh falsafah Jawa di balik kesuksesan MCU:
1. Witing Tresno Jalaran Soko Kulino
Falsafah ini artinya cinta bisa tumbuh karena terbiasa. Falsafah ini mengajarkan bahwa cinta tidak harus selalu berdasarkan pada perasaan atau emosi semata, tetapi juga bisa berdasarkan pada kebiasaan atau keakraban.
Falsafah ini dapat ditemukan dalam film Captain America: The Winter Soldier (2014), di mana Steve Rogers alias Captain America (Chris Evans) jatuh cinta kepada Natasha Romanoff alias Black Widow (Scarlett Johansson).
Dalam film tersebut, Steve dan Natasha awalnya tidak begitu dekat atau akrab. Mereka hanya bekerja sama sebagai agen S.H.I.E.L.D., sebuah organisasi rahasia yang melindungi dunia dari ancaman-ancaman jahat.
Namun, ketika mereka mengetahui bahwa S.H.I.E.L.D. telah disusupi oleh Hydra, sebuah organisasi teroris yang ingin menguasai dunia dengan menggunakan senjata rahasia bernama Project Insight, mereka harus bekerja sama untuk menghentikan rencana jahat tersebut.
Dalam prosesnya, Steve dan Natasha saling membantu, menyelamatkan, dan melindungi satu sama lain dari berbagai bahaya.
Mereka juga saling berbagi rahasia, pengalaman, dan perasaan mereka. Mereka mulai merasakan adanya ikatan khusus antara mereka, yang kemudian berkembang menjadi cinta.
Cinta mereka tidak didasarkan pada ketertarikan fisik atau romantis semata, tetapi juga didasarkan pada kepercaya
2. Memayu Hayuning Bawono
Falsafah ini artinya sebagai manusia harus berusaha menghadirkan keselamatan, ketenteraman sekaligus berusaha memberantas angkara murka dan kesewenang-wenangan.
Falsafah ini mengajarkan bahwa manusia harus bertanggung jawab untuk menjaga keseimbangan dan keharmonisan alam semesta, serta melawan segala bentuk kejahatan dan ketidakadilan.
Falsafah ini dapat ditemukan dalam film Avengers: Endgame (2019), di mana para pahlawan super MCU bersatu untuk mengalahkan Thanos (Josh Brolin).
Dalam film tersebut, Thanos adalah seorang tiran yang ingin menghapus setengah populasi alam semesta dengan menggunakan Infinity Stones, yaitu batu-batu kosmik yang memiliki kekuatan luar biasa.
Thanos percaya bahwa dengan melakukan hal itu, ia akan menciptakan keseimbangan dan kesejahteraan bagi makhluk hidup yang tersisa. Namun, para pahlawan super MCU tidak setuju dengan pandangan Thanos. Mereka menganggap tindakan Thanos sebagai pembunuhan massal yang tidak berperikemanusiaan.
Para pahlawan super MCU kemudian berusaha untuk menghentikan rencana Thanos dengan cara apapun. Mereka rela mengorbankan segalanya, bahkan nyawa mereka sendiri, demi menyelamatkan alam semesta dari ancaman Thanos.
Mereka juga berusaha untuk memulihkan kembali populasi alam semesta yang telah dihapus oleh Thanos dengan menggunakan Infinity Stones. Mereka menunjukkan bahwa mereka memiliki rasa tanggung jawab dan kepedulian yang tinggi terhadap kehidupan dan kesejahteraan makhluk hidup lainnya.
3. Ing Ngarsa Sung Tuladha
Falsafah ini artinya ketika di depan atau sebagai pendidik/guru atau lebih luas sebagai seorang pemimpin harus bisa memberikan teladan.
Falsafah ini mengajarkan bahwa seorang pemimpin harus memiliki sifat-sifat yang baik dan mulia, serta mampu menjadi panutan dan inspirasi bagi orang-orang yang dipimpinnya.
Falsafah ini dapat ditemukan dalam film Black Panther (2018), di mana T’Challa (Chadwick Boseman) menjadi raja dan pahlawan super dari Wakanda, sebuah negara fiksi di Afrika yang memiliki teknologi canggih.
Dalam film tersebut, T’Challa harus menghadapi berbagai tantangan dan konflik sebagai seorang raja dan pahlawan super. Ia harus melindungi Wakanda dari musuh-musuh yang ingin merebut sumber daya dan teknologi Wakanda.
Ia juga harus menyelesaikan masalah internal Wakanda yang terkait dengan sejarah kelam dan tradisi kuno. Ia juga harus memutuskan apakah Wakanda harus membuka diri kepada dunia atau tetap menyembunyikan identitasnya.
T’Challa menunjukkan bahwa ia adalah seorang pemimpin yang bijak, adil, berani, dan berbudi luhur. Ia tidak hanya mengandalkan kekuatan fisik atau teknologi saja, tetapi juga mengandalkan akal budi dan hati nurani.
Ia juga tidak takut untuk belajar dari kesalahan-kesalahan masa lalu dan mendengarkan nasihat-nasihat dari orang-orang yang lebih tua atau lebih berpengalaman.
4. Tut Wuri Handayani
Falsafah ini artinya sebagai murid/rakyat selayaknya mengikuti petunjuk yang diajarkan oleh guru atau pemimpin yang adil dan bijaksana.
Ujaranini mengajarkan bahwa seorang murid atau rakyat harus memiliki sikap hormat, taat, dan setia kepada guru atau pemimpinnya, selama guru atau pemimpin tersebut memberikan ajaran atau perintah yang benar dan baik. Falsafah
Mkna Tut Wuri Handayani dapat ditemukan dalam film Spider-Man: Homecoming (2017), di mana Peter Parker alias Spider-Man (Tom Holland) menjadi murid atau protege dari Tony Stark alias Iron Man (Robert Downey Jr.).
Dalam film tersebut, Peter adalah seorang remaja yang baru saja mendapatkan kekuatan super setelah digigit oleh laba-laba yang terpapar radiasi.
Ia ingin menjadi seorang pahlawan super yang membantu orang-orang dan melawan kejahatan. Namun, ia masih belum berpengalaman dan sering membuat kesalahan. Ia kemudian bertemu dengan Tony, yang menjadi mentornya dan memberinya kostum Spider-Man yang canggih.
Peter mengagumi Tony dan ingin membuktikan dirinya sebagai seorang pahlawan super yang layak. Ia mencoba untuk mengikuti nasihat dan petunjuk dari Tony, meskipun kadang-kadang ia juga melanggar aturan atau berbuat nekat.
Ia belajar banyak hal dari Tony, baik tentang teknologi, strategi, maupun etika. Ia juga mendapatkan dukungan dan bantuan dari Tony ketika ia menghadapi musuh-musuh yang berbahaya. Ia menjadi murid yang setia dan hormat kepada gurunya. (*)
Artikel ini dibuat dengan bantuan AI
Baca Juga: Rahasia Weton Jawa Begini Cara Melihat Simbol Keberuntungan dan Nasib dari Primbon Jawa