Find Us On Social Media :

Ketika Mataram Islam Merengek Minta Bantuan VOC Untuk Menumpas Pemberontakan Trunojoyo

By Moh. Habib Asyhad, Kamis, 27 April 2023 | 09:15 WIB

Mataram Islam, dalam hal ini Amangkurat II, harus meminta bantuan VOC untuk memadamkan pemberontakan Trunajaya. Tapi dampaknya besar untuk Mataram.

Mataram Islam, dalam hal ini Amangkurat II, harus meminta bantuan VOC untuk memadamkan pemberontakan Trunojoyo. Tapi dampaknya besar untuk Mataram.

Intisari-Online.com - Pemberontakan Trunojoyo bisa dibilang sebagai pemberontakan paling besar terhadap Mataram Islam.

Raja Mataram saat itu, Amangkurat I, bahkan sampai harus mengungsi jauh dari Keraton Pleret.

Untuk menumpas pemberontakan itu, Mataram Islam sampai harus membuat perjanjian dengan VOC.

Perjanjian itu dikenal sebagai Pernajian Jepara, kesepakatan antara Amangkurat II dan VOC pada 1677.

Pemberontakan Trunojoyo dipicu oleh gaya pemerintahan Amangkurat I yang semena-mena dan pro-VOC.

Pada 1924, Pulau Madura ditaklukkan oleh Sultan Agung.

Ketika itu Sultan Agung menangkap seorang bangsawan Madura, Raden Prasena, yang kemudian dijadikan menantu dan penguasa wilayah Madura di bawah Kerajaan Mataram.

Raden Prasena menyandang gelar Panembahan Cakraningrat atau Cakraningrat I.

Setelah Sultan Agung wafat, kedudukannya digantikan oleh putranya, Prabu Amangkurat Agung atau Raden Mas Sayidin atau Amangkurat I.

Amangkurat I memiliki gaya kepemimpinan yang sangat berbeda dengan ayahnya.

Ketika Sultan Agung berkuasa, ia selalu memerangi Belanda.