Find Us On Social Media :

Dari Suku Baduy Muncul Sampai Prabu Siliwangi Moksa: Inilah Dampak Kegagalan Sunan Gunung Jati Sebarkan Islam di Barat Jawa

By Ade S, Senin, 17 April 2023 | 13:11 WIB

Kolase Sunan Gunung Jati dan Prabu Siliwangi

Mereka juga khawatir bahwa jika mereka masuk Islam, mereka akan kehilangan identitas dan kedaulatan mereka sebagai orang Sunda.

Oleh karena itu, mereka memilih untuk mengasingkan diri dari dunia luar dan hidup sederhana di pegunungan.

Prabu Siliwangi Memilih Moksa daripada Islam

Selain suku Baduy, ada juga tokoh penting dalam sejarah Sunda yang menolak untuk masuk Islam.

Ia adalah Prabu Siliwangi, raja terakhir dari Kerajaan Pajajaran yang berpusat di Pakuan (sekarang Bogor).

Prabu Siliwangi adalah raja yang bijaksana, berani, dan disegani oleh rakyatnya. Ia berhasil mempertahankan kerajaannya dari serangan musuh-musuhnya, seperti Kerajaan Demak dan Kerajaan Cirebon.

Prabu Siliwangi juga merupakan penganut agama Hindu-Buddha yang taat.

Ia memiliki keyakinan bahwa ia adalah titisan Dewa Wisnu yang bertugas menjaga keseimbangan alam semesta.

Ia juga percaya bahwa ia memiliki misi untuk mempersatukan seluruh tanah Jawa di bawah kekuasaannya.

Ketika Sunan Gunung Jati datang ke Pakuan untuk mengajaknya masuk Islam, Prabu Siliwangi menolaknya dengan tegas.

Ia menganggap bahwa Islam adalah agama yang tidak cocok dengan ajaran leluhurnya.

Akhirnya, Prabu Siliwangi memutuskan untuk meninggalkan kerajaannya dan mencari tempat untuk mencapai moksa (menghilang) bersama prajurit-prajuritnya.

Moksa adalah konsep dalam agama Hindu-Buddha yang berarti melepaskan diri dari siklus reinkarnasi dan menyatu dengan Tuhan.

Prabu Siliwangi konon moksa di tempat yang sekarang disebut Pura Parahyangan Agung Jagatkarta, sebuah pura Hindu yang terletak di Bogor.

Ia dikabarkan dikawal oleh dua macan putih dan hitam yang merupakan penjaga kerajaannya.

Baca Juga: Metode Dakwah Sunan Gunung Jati dalam Proses Islamisasi di Tanah Jawa

 K