Bagaimana Wali Songo Menentukan Awal Idul Fitri? Sejarah dan Hikmah di Balik Perbedaan Penanggalan dalam Islam

Afif Khoirul M

Penulis

Ilustrasi - Sejarah Para Wali dalam menanggapi perbedaan Idul Fitri

Intisari-online.com - Idul Fitri adalah hari raya yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam di seluruh dunia.

Hari ini merupakan puncak dari ibadah puasa Ramadhan yang penuh berkah dan ampunan.

Idul Fitri tahun 1444 H kali ini diprediksi tidak akan serentak di Indonesia.

Lantas bagaimana dengan sejarah perbedaan pelaksanaan Idul Fitri di Indonesia sejak zaman sebelum kemerdekaan.

Tepatnya pasa masa Wali Songo ?

Rupanya, tidak jarang kita menemukan perbedaan pendapat tentang kapan sebenarnya Idul Fitri jatuh.

Hal ini pun juga sudah terjadi pada zaman Wali Songo.

Ada yang mengikuti penanggalan hisab, ada yang mengikuti rukyat, dan ada juga yang mengikuti negara lain.

Perbedaan ini sebenarnya bukan hal baru dalam sejarah Islam. Bahkan, para Wali Songo yang dikenal sebagai penyebar Islam di Nusantara juga pernah menghadapi masalah ini.

Wali Songo adalah sembilan wali yang hidup pada abad 15 sampai 16 Masehi.

Mereka adalah Sunan Giri, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Gresik, Sunan Gunung Jati, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, dan Sunan Muria.

Baca Juga: Mengungkap Bagaimana Wali Songo Menguasai Berbagai Ilmu Pengetahuan dari Negeri Arab?

Menurut sejarawan, para Wali Songo memiliki metode yang berbeda-beda dalam menentukan awal Idul Fitri.

Ada yang menggunakan hisab, yaitu perhitungan matematis berdasarkan posisi bulan dan matahari.

Ada juga yang menggunakan rukyat, yaitu pengamatan langsung terhadap hilal atau bulan sabit.

Metode hisab dan rukyat ini sebenarnya sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.

Namun, para Wali Songo tidak pernah berselisih atau memaksakan pendapat mereka tentang awal Idul Fitri.

Mereka saling menghormati dan menghargai keberagaman dan kesepakatan dalam menetapkan hari raya umat Islam.

Mereka juga tidak melupakan hikmah dan makna dari Idul Fitri itu sendiri, yaitu hari untuk bersyukur, bermaaf-maafan, dan mempererat persaudaraan.

Dari kisah Wali Songo ini, kita dapat belajar banyak hal.

Pertama, kita dapat mengenal metode hisab dan rukyat yang merupakan warisan ilmu pengetahuan Islam yang sangat bermanfaat.

Kedua, kita dapat menyikapi perbedaan dengan sikap adil dan bijaksana, tanpa harus saling menyalahkan atau merendahkan.

Ketiga, kita dapat menghayati Idul Fitri sebagai hari untuk menjadi manusia yang lebih baik dan lebih bermanfaat bagi sesama.

Baca Juga: Kesaktiannya Konon Bisa Usir Wabah Penyakit, Inilah Keris Kyai Sengkelat Pusaka Hadiah Sunan Kalijaga Untuk Raja-Raja Jawa

Semoga artikel ini dapat memberikan informasi dan inspirasi bagi Anda.

Selamat menyambut Idul Fitri 1444 H.

Mohon maaf lahir dan batin.

*Artikel ini dibuat dengan bantuan Ai

Artikel Terkait