Penulis
Raden Ayu Lasminingrat, pelopor emansipasi wanita asal Garut, sayang namanya tak setenar RA Kartini.
Intisari-Online.com -Namanya memang tak seharu RA Kartini, juga tak sementereng Dewi Sartika.
Tapi dia disebut-sebut sebagai intelektual wanita pertama di Indonesia.
Dialah Raden Ayu Lasminingrat, pelopor emansipasi wanita asal Garut, Jawa Barat.
Lasminingrat ahir pada 29 Maret 1854 dari pasangan Raden Haji Muhamad Musa dan Raden Ayu Ria, seorang penghulu dan sastrawan Sunda.
Sejak kecil, ia belajar membaca, menulis, dan berbahasa Belanda di Sumedang bersama Levyson Norman, teman ayahnya yang berasal dari Belanda.
Dia menjadi perempuan pribumi pertama yang fasih berbahasa Belanda pada zamannya.
Pada 1871, ia kembali ke Garut dan mulai bekerja sebagai penerjemah buku.
Dia menerjemahkan karya-karya sastra Eropa seperti Carita Erman (1875) dan Wanasari atawa roepa-roepa Dongeng Jilid I (1876). Ia juga menulis buku-buku untuk anak-anak sekolah.
Pada tahun 1907, ia mendirikan Sakola Kautamaan Istri (Sekolah Keahlian Wanita), sekolah pertama untuk perempuan di Garut.
Sekolah ini mendapat dukungan dari Bupati Garut, R.A.A Wiratanudatara VIII, yang juga menjadi suaminya, dan pemerintah kolonial.
Di sekolah ini, ia mengajarkan baca tulis, keterampilan wanita, dan pengetahuan umum kepada murid-muridnya.
Sekolah ini berkembang pesat dan menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lainnya.
Raden Ayu Lasminingrat meninggal pada 10 April 1948 di Garut.
Ia dianggap sebagai salah satu kontributor penting bagi kesusastraan Sunda dan masyarakat luas.
Ia juga berperan dalam pemberdayaan wanita dan gerakan nasionalisme.
Ia mendapat julukan “Ibu Literasi Indonesia Pertama”.
Pemerintah telah mengusulkan nama RA Lasminingrat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.
Pada tahun 2019, Google merayakan ulang tahun ke-169 Raden Ayu Lasminingrat dengan sebuah doodle.
Selain mendirikan sekolah untuk perempuan, Raden Ayu Lasminingrat juga dikenal sebagai seorang sastrawan Sunda yang produktif.
Ia menulis dan menerjemahkan berbagai buku dalam bahasa Sunda dan bahasa Belanda.
Beberapa karya tulisnya antara lainCarita Erman (1875),Warnasari atawa Roepa-roepa Dongeng Jilid I (1876), Pangajaran Basa Sunda (1907), dan lain sebagainya.
Selain itu, Raden Ayu Lasminingrat juga menulis beberapa artikel untuk majalah-majalah seperti Almanak Hindia Belanda, Almanak Sunda, Almanak Garut, Almanak Bandung, dan lain-lain.
Raden Ayu Lasminingrat adalah salah satu tokoh perempuan yang berani dan gigih.
Ia tidak takut menghadapi tantangan dan hambatan dalam mewujudkan cita-citanya. Ia juga tidak mudah menyerah dalam mengajar dan mendidik perempuan lainnya.
Ia memiliki visi bahwa perempuan harus mendapatkan hak yang sama dengan laki-laki dalam hal pendidikan dan kesempatan.
Ia percaya bahwa perempuan juga bisa berperan aktif dalam pembangunan bangsa dan negara. Ia juga menghargai kebudayaan dan tradisi Sunda yang menjadi identitasnya.
Raden Ayu Lasminingrat adalah salah satu pahlawan wanita dari Garut yang terlupakan.
Namun, karyanya tetap abadi dan menginspirasi banyak orang. Ia layak mendapatkan penghargaan dan penghormatan sebagai salah satu Pahlawan Nasional Indonesia.