Tapi tawaran itu ditolak mentah-mentah.
Alih-alih bekerja sama, Radin Intan II yang masih 16 tahun justru memilih untuk mengangkat senjata, melawan kehadiran Belanda.
Alhamdulillah-nya, Radin Intan II tidak sendirian, seluruh rakyat Lampung berada di belakangnya.
Tak hanya dukungan dari rakyat Lampung, Radin Intan II juga mendapat dukungan dari tokoh dari Banten bernama Wakhia.
Wakhia sendiri menggerakkan perlawanan terhadap Belanda di daerah Semaka dan Sekampung.
Sementara Radin Intan II memperkuat barisannya dengan membangun benteng baru lengkap dengan persenjataannya.
Belanda merespon tantangan Lampung dengan mengirim sekitar 400 personel pada 1851.
Daerah yang dipilih Belanda adalah Merambung, pusat komando Radin Intan II.
Tapi apa mau dikata, serdadu Belanda tak bisa menempus pertahanan Radin Intan II.
Orang-orang Eropa itu terus-menerus menghadapi kegagalan.
Lima tahun kemudian, Belanda kembali mengirim pasukan ke Lampung, kali ini dengan armada yang lebih banyak.
Setidaknya ada sembilan kapal perang, tiga kapal pengangkut alat perang, dan puluhan kapal lainnya dikirim Belanda ke Lampung.