Sejarah Perlawanan Rakyat Lampung Melawan Penjajah Belanda, Dibutuhkan Taktik Licik Untuk Memadamkannya

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Radin Intan II memimpin perlawanan rakyat Lampung terhadap Belanda yang ingin menguasai lada di wilayah itu. Perlawanan itu dipadamkan dengan taktik licik.

Radin Intan II memimpin perlawanan rakyat Lampung terhadap Belanda yang ingin menguasai lada di wilayah itu. Perlawanan itu dipadamkan dengan taktik licik.

Intisari-Online.com -Provinsi Lampung sedang jadi perbincangan.

Muasalnya adalah video yang disebarkan oleh seorang pengguna Tiktok bernama Bima.

Dalam video itu, Bima menjelaskan alasan kenapa "Provinsi Lampung tidak maju-maju".

Terlepas dari pro dan kontra pernyataan tersebut, Lampung sejatinya adalah wilayah yang strategis.

Pada masa dahulu, Lampung dikenal sebagia daerah penghasil lada kelas wahid.

Karena pamor itulah Belanda pun ingin menguasainya secara mutlak.

Tapi seorang pemimpin lokal, kelak kita mengenalnya sebagai Radin Intan II, terus melawan keinginan Belanda itu.

Bagaimana kisah perjuangan rakyat Lampung di bawah pimpinan Radin Intan melawan Belanda?

Radin Intan II tentu bukan orang sembarangan, dia disebut-sebut sebagai salah satu keturununan Sunan Gunung Jati yang legendaris itu.

Sebagai daerah penghasil lada, Lampung punya hubungan yang mesra dengan Kesultanan Banten.

Belanda pun membujuk Radin Intan II supaya mau bekerja sama dengan mereka.

Tapi tawaran itu ditolak mentah-mentah.

Alih-alih bekerja sama, Radin Intan II yang masih 16 tahun justru memilih untuk mengangkat senjata, melawan kehadiran Belanda.

Alhamdulillah-nya, Radin Intan II tidak sendirian, seluruh rakyat Lampung berada di belakangnya.

Tak hanya dukungan dari rakyat Lampung, Radin Intan II juga mendapat dukungan dari tokoh dari Banten bernama Wakhia.

Wakhia sendiri menggerakkan perlawanan terhadap Belanda di daerah Semaka dan Sekampung.

Sementara Radin Intan II memperkuat barisannya dengan membangun benteng baru lengkap dengan persenjataannya.

Belanda merespon tantangan Lampung dengan mengirim sekitar 400 personel pada 1851.

Daerah yang dipilih Belanda adalah Merambung, pusat komando Radin Intan II.

Tapi apa mau dikata, serdadu Belanda tak bisa menempus pertahanan Radin Intan II.

Orang-orang Eropa itu terus-menerus menghadapi kegagalan.

Lima tahun kemudian, Belanda kembali mengirim pasukan ke Lampung, kali ini dengan armada yang lebih banyak.

Setidaknya ada sembilan kapal perang, tiga kapal pengangkut alat perang, dan puluhan kapal lainnya dikirim Belanda ke Lampung.

Sosok yang dipercaya memimpin ekspedisi itu adalah Kolonel Welson.

Nah ini baru perang, mungkin batin Radin Intan II.

Dia pun menghadapi serbuan Belanda ini dengan gagah berani.

Setelah berkali-kali menemui jalan buntu, Belanda pun mengubah strategi perangnya.

Mereka memperalat Radin Ngerapat, yang notabene adalah paman Radin Intan II sendiri.

Radin Ngerapat yang disebut pernah sakit hati karena pernah dihukum oleh Radin Intan II menuruti permintaan Belanda.

Radin Ngerapat pun mengundang Radin Intan II untuk makan-makan, tentu saja Radin Intan II tidak menolaknya.

Yang Radin Intan II tidak tahu, ternyata Radin Ngerapat sudah membunuhi makanannya dengan racun tuba.

Dalam kondisi yang sudah lemah karena keracunan, Belanda datang meringkus Radin Intan II.

Meski begitu, Radin Intan II tetap melakukan perlawanan terbuka terhadpa Belanda.

Karena jumlah serdadu Belanda lebih banyak, Radin Intan II akhirnya gugur, saat usianya masih 22 tahun.

Setelah itu barulah Belanda bisa menguasai seluruh wilayah Lampung yang kaya lada itu.

Artikel Terkait