Ia bersama dengan Kiai Langlang dan Haji Buyasin berhasil menguasai benteng ini dan menghabisi pasukan Belanda yang berada di dalamnya.
Benteng Madang memiliki luas wilayah sekitar 400 m2 dan dikelilingi oleh semak belukar yang sangat padat.
Dari atas benteng, pengunjung dapat melihat pemandangan kota Kandangan dan sungai Amandit.
Benteng ini juga dilengkapi dengan beberapa meriam dan lubang tembak yang digunakan untuk menyerang musuh yang mendekat.
Di dalam benteng, terdapat beberapa bangunan seperti rumah panglima, gudang senjata, dapur, dan sumur.
Benteng Madang merupakan salah satu cagar budaya yang harus dilestarikan dan dijaga keasliannya.
Benteng ini menjadi bukti dari semangat juang rakyat Kalimantan Selatan dalam mempertahankan tanah airnya dari penjajah asing.
Selain Benteng Madang, terdapat beberapa benteng lain yang menjadi saksi sejarah perlawanan rakyat Kalimantan Selatan melawan Belanda.
Salah satunya adalah Benteng Tabanio, yang terletak di Desa Tabanio, Kabupaten Tanah Laut. Benteng ini merupakan satu-satunya benteng Belanda yang berdiri di Pulau Kalimantan.
Benteng Tabanio dibangun pada tahun 1779 berdasarkan perjanjian antara VOC dan Sultan Banjar.
Benteng ini berbentuk segi empat tidak beraturan dengan bastion bundar di setiap sudutnya.