Penulis
Intisari-Online.com-Sultan Agung Hanyakrakusuma adalah raja Kesultanan Mataram yang berkuasa antara 1613-1645 M.
Di bawah kekuasaannya, Kerajaan Mataram Islam mencapai puncak keemasannya dan hampir menguasai seluruh tanah Jawa.
Namun, impian tersebut berkali-kali gagal diwujudkan karena tersandung oleh keberadaan Belanda ayau VOC.
Bagaimana hal tersebut dapat terjadi? Simak selengkapnya dalam artikel di bawah ini.
Raja Terbesar Mataram Islam
Sultan Agungsendiri merupakansultan ke-3 yang memerintah Kesultanan Mataram.
Di bawah kepemimpinannya, Mataram berkembang cukup pesat dan menjadi kerajaan besar di Nusantara.
Sultan Agung lahir di Mataran (Yogyakarta tepatnya Kota Gede) pada 14 November 1593.
Beliau merupakan penguasa yang berusaha mengembangkan agama Islam di pulau Jawa.
Latar belakang pendidikan yang diterima Sultan Agung adalah pengetahuan agama yang didapat dari beberapa wali.
Baca Juga: Raden Mas Alit, Adik Tiri Amangkurat I yang Pemberontakannya Memicu Pembantaian Ulama
Wali yang sangat berperan dan berpengaruh terhadap Sultan Agung adalah Sunan Kalijaga.
Sunan Kalijaga dijadikan guru dan dianggap sebagai penasehat atau pembimbing Sultan Agung di bidang Agama.
Sultan Agung memiliki dua orang permaisuri, yaitu: Kanjeng Ratu Mas Tinumpuk, putri dari Sultan Cirebon yang melahirkan keturunan Raden Mas Syahwawrat atau disebut Pangeran Alit.
Kanjeng Ratu Mas Tinumpuk mendapatkan gelar Kanjeng Ratu Kulon sebagai permaisuri yang dituakan dan memiliki kedudukan lebih tinggi dibandingkan permaisuri yang lain, yaitu Kanjeng Ratu Batang, putri Pangeran Upasanta dari Batang.
Kanjeng Ratu Batang melahirkan Raden Mas Sayidin alias Amangkurat I. Mendapatkan gelar Kanjeng Ratu Wetan sebagai permaisuri muda.
Berdasarkan buku Puncak Kekuasaan Mataram: Politik Ekspansi Sultan Agung (2002) oleh H.J De Graaf, Sultan Agung terkenal sebagai raja Mataram yang tangkas, cerdas, dan taat agama.
Sultan Agung juga dikenal sebagai seorang senapati ing ngalaga (panglima perang) yang terampil ia membangun negerinya dan mengkonsolidasikan kesultanannya menjadi kekuatan teritorial dan militer yang besar.
Menyatukan Tanah Jawa
Selain dikenal sebagai pembawa kejayaan Kesultanan Mataram, Sultan Agung adalah pemimpin yang sangat membenci VOC.
Bahkan Sultan Agung mengirim dua kali serangan untuk menggempur kedudukan VOC di Batavia, yakni pada 1628 dan 1629.
Sultan Agung menyerang Bataviakarena saat itu Batavia merupakan pusat VOC atau persekutuan dagang Belanda di kepulauan Nusantara.
Dengan kata lain, dengan serang tersebut, Sultan Agung bertujuan untuk mengusir VOC dari Pulau Jawa.
Penyebab Pertempuran Batavia bermula pada 1961, saat Mataram menjalin hubungan dengan VOC.
Kala itu, VOC mengirimkan duta besarnya untuk mengajak Sultan Agung agar mengizinkan VOC mendirikan loji-loji dagang di pantai Utara Mataram.
Namun, permintaan tersebut ditolak oleh Sultan Agung, karena jika ia memberi izin, maka ekonomi di pantai utara akan dikuasai oleh VOC.
Penolakan ini kemudian membuat hubungan antara Mataram dan VOC merenggang.
Penyebab lain dari serang tersebut, yang justru diyakini sebagai penyebab utama Sultan Agung menyerang Batavia adalah mimpinya menyatukan Tanah Jawa.
Serangan ke Batavia malah dianggap sangat jelas sebagai upaya Sultan Agung agar lebih mudah untuk menaklukan Banten.
Tanggal 29 Agustus 1628, Mataram melemparkan serangan pertamanya kepada Batavia.
Namun, serangan itu berhasil dihalau oleh 120 pasukan VOC yang dipimpin oleh Jacob van der Plaetten.
Kemudian, pada Mei 1629, Mataram melakukan serangan kedua. Akan tetapi, dalam serangan kedua ini, Mataram kembali gagal menaklukkan Batavia.
Sayangnya, kedua serangantersebut sama-sama berakhir dengan kekalahan dari pihak Mataram.
Akibatnya, VOC berhasil memperluas pengaruhnya dengan mengakuisisi dataran tinggi Priangan serta pelabuhan pantai utara Mataram, seperti Tegal, Kendal, dan Semarang.