Hadapi Tiga Musuh Sekaligus, Ini Cara Pangeran Sambernyawa Menjadi Pendiri Mangkunegaran

Ade S

Penulis

Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa harus hadapi tiga musuh sebelum dirikan Mangkunegaran

Intisari-Online.com -Pangeran Sambernyawa adalah salah satu tokoh sejarah Jawa yang memiliki kisah perjuangan yang luar biasa.

Ia berhadapan dengan tiga musuh sekaligus: VOC, Pakubuwana III dan Pangeran Mangkubumi.

Ia tidak mau menyerah atau berkompromi dengan salah satu dari mereka. Ia bertekad untuk mempertahankan kedaulatan dan kehormatan rakyat Mataram.

Bagaimana ia melakukannya?

Artikel ini akan mengulas sejarah dan kiprah Pangeran Sambernyawa, yang kemudian menjadi pendiri Mangkunegaran, sebuah kadipaten agung di Surakarta.

Perjuangan melawan VOC, Pakubuwana III, dan Pangeran Mangkubumi

Perjuangan Pangeran Sambernyawa dimulai ketika ia bergabung dengan pemberontakan Sunan Kuning melawan VOC dan Pakubuwana II pada tahun 1742.

Sebagai panglima perang, ia mendapat gelar Pangeran Perang Wedana Pamot Besur. Ia juga menikah dengan Raden Ayu Kusuma Patahati.

Namun, pada tahun 1746, ia harus mengakui kekalahan dari Pangeran Mangkubumi, sepupunya yang juga memberontak melawan VOC dan Pakubuwana II karena tidak mendapatkan hadiah tanah yang dijanjikan.

Meski begitu, ia kemudian berdamai dan bergabung dengan Pangeran Mangkubumi.

Ketika Pakubuwana II meninggal dan digantikan oleh Pakubuwana III, yang tetap bersekutu dengan VOC, pada tahun 1749, perlawanan mereka tidak berhenti.

Baca Juga: Terinspirasi Napoleon Bonaparte, Putra Pangeran Sambernyawa Bentuk Legiun Mangkunegaran Yang Mengerikan

Dengan pasukan yang mencapai 13.000 prajurit, mereka menyerang Surakarta dan menguasai sebagian besar wilayah Mataram.

Akhirnya, pada tahun 1755, mereka menandatangani Perjanjian Giyanti dengan VOC dan Pakubuwana III, yang mengakui kekuasaan Pangeran Mangkubumi sebagai Sultan Hamengkubuwana I di Yogyakarta.

Pendirian Mangkunegaran

Karena merasa dikhianati oleh Pangeran Mangkubumi yang tidak memberinya wilayah yang cukup dalam perjanjian tersebut, Pangeran Sambernyawa tetap melancarkan perlawanan terhadap VOC, Pakubuwana III dan Hamengkubuwana I.

Tidak ada satu pun dari mereka yang mau ia serahkan.

Nicolaas Hartingh, perwakilan VOC, memberinya julukan Pangeran Sambernyawa karena ia dikenal sebagai prajurit yang gagah berani dan kejam terhadap musuhnya. Ia dikatakan mampu menyebabkan banyak korban dari pihak lawan.

Setelah bertahun-tahun berperang, ia akhirnya menandatangani Perjanjian Salatiga dengan Pakubuwana III pada tahun 1757, yang memberinya wilayah seluas 4.000 cacah (kepala keluarga) dan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara I.

Dengan demikian, ia menjadi pendiri Praja Mangkunegaran, sebuah kadipaten agung di Surakarta.

Di dekat alun-alun Surakarta, ia membangun keraton baru dan memerintah hingga meninggal pada 23 Desember 1795.

Warisan budaya dan keagamaan

Selain sebagai ahli strategi perang, Mangkunegara I juga pencipta seni tari. Beberapa tarian sakral yang diciptakan olehnya antara lain: Bedhaya Mataram Senapaten Anglirmendung, Bedhaya Mataram Senapaten Diradameta, dan Bedhaya Mataram-Senapaten Sukapratama.

Baca Juga: Prajurit Estri: Perempuan-Perempuan Perkasa Mataram yang Menggetarkan Belanda

Ia juga mengembangkan kesenian wayang kulit purwa dengan menambahkan tokoh-tokoh baru seperti Semar Mantu, Gareng Mantu, Petruk Mantu, dan Bagong Mantu. Ia juga menciptakan beberapa lakon wayang seperti Babad Mangkunegaran, Babad Pajang, dan Babad Mataram.

Selain itu, Mangkunegara I juga berperan dalam pembentukan pranata sosial Islam di Jawa. Ia merupakan muslim Jawa yang saleh dan tergabung dalam Tarekat Syatariyah. Ia juga mendukung perkembangan pesantren di Jawa dengan memberikan tanah wakaf dan bantuan lainnya.

Ia juga berhubungan baik dengan beberapa ulama besar yang pulang dari tanah suci, seperti Syaikh Khalil Bangkalan, Syaikh Saleh Darat, Syaikh Mahfud Tarmasi, Ahmad Rifai Kalisalak, dan Syaikh Nawawi al Bantani.

Mangkunegara I adalah salah satu tokoh sejarah Jawa yang patut dihormati dan diteladani. Ia adalah pahlawan nasional Indonesia yang berjuang melawan penjajahan dan menegakkan kedaulatan rakyat.

Ia juga adalah pendiri Mangkunegaran yang melestarikan dan mengembangkan budaya dan keagamaan Jawa. Ia adalah jiwa pejuang yang berapi-api dan pencipta seni yang berbakat.

Baca Juga: Rahasia di Balik Nama Pangeran Sambernyawa: Apakah Dia Benar-Benar Mencabut Nyawa Musuhnya?

Artikel Terkait