Find Us On Social Media :

Salah Satunya Gadis Tionghoa 'Pemicu' Kekalahan Perang, Ini Deretan Kisah Asmara Pangeran Diponegoro

By Ade S, Rabu, 5 April 2023 | 09:25 WIB

Kisah asmara Pangeran Diponegoro

Istri keempat Pangeran Diponegoro adalah Raden Ayu Maduretno (1800-1827), putri Bupati Pati dan juga saudara sepupu Pangeran Diponegoro. Tahun 1818 menjadi tahun pernikahan mereka dan memberi tiga anak darinya.

Selain istri resmi, Pangeran Diponegoro juga memiliki beberapa selir atau istri tidak resmi, seperti Raden Ayu Siti Fatimah (1800-1830), putri Bupati Demak; Raden Ayu Siti Zainab (1805-1830), putri Bupati Kudus; Raden Ayu Siti Khadijah (1810-1830), putri Bupati Jepara; dan Raden Ayu Siti Aminah (1815-1830), putri Bupati Grobogan.

Salah satu selirnya yang terakhir, Siti Aminah, dikabarkan cukup cantik jelita dan sempat memancing mata keranjang Asisten Residen Belanda untuk Yogyakarta, P.F.H. Chevallier, yang suka main perempuan.

Siti Aminah pernah hidup beberapa bulan bersama Chevallier sebelum Perang Jawa terjadi.

Perempuan yang Picu Kekalahan Perang

Selama masa perang, setelah kematian keempat istrinya pada tahun 1827 akibat wabah kolera, Pangeran Diponegoro mengawini tiga perempuan baru sekaligus di penghujung November 1827.

Salah satunya adalah Raden Ayu Retnoningsih (1810-1885), putri Bupati Keniten (Madiun), dan kemenakan perempuan Raden Ronggo Prawirodirjo III, yang di mata Pangeran Diponegoro adalah seorang pahlawan.

Saat dinikahi Pangeran Diponegoro, Retnoningsih masih berusia 17 tahun dan diakui sebagai istri yang sangat cantik oleh Knoerle, opsir yang mengawal sang pangeran di pengasingan.

Retnoningsih adalah satu-satunya istri resmi yang menemani Pangeran Diponegoro di pengasingan dan memberinya dua anak.

Namun, ada satu perempuan yang konon menjadi penyebab kekalahan terbesar Pangeran Diponegoro dalam perang melawan Belanda.

Perempuan itu adalah seorang gadis muda beretnis Tionghoa yang menjadi tawanan perang di Kedaren.

Baca Juga: Kisah Pangeran Diponegoro Konon Tolak Bantuan Nyi Roro Kidul Untuk Menumpas Belanda, Karena Allah