Find Us On Social Media :

Penyebab Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya: Ekternal dan Internal

By Ade S, Rabu, 5 April 2023 | 07:17 WIB

Apa penyebab pertempuran 10 November 1945 di Surabaya?

Intisari-Online.com - Salah satu peristiwa bersejarah yang menandai perjuangan rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan mereka dari penjajahan Inggris dan Belanda adalah pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.

Pertempuran ini juga menjadi inspirasi bagi daerah-daerah lain di Indonesia untuk berjuang melawan penjajah.

Namun, apa sebenarnya yang jadi penyebab pertempuran 10 November 1945 di Surabaya?

Artikel ini akan menganalisis beberapa faktor yang memicu pertempuran tersebut.

Faktor Eksternal: Sikap Inggris dan Belanda

Salah satu faktor eksternal yang menyebabkan pertempuran 10 November 1945 di Surabaya adalah sikap Inggris dan Belanda yang tidak mengakui kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan oleh Soekarno dan Hatta pada 17 Agustus 1945.

Inggris dan Belanda masih menganggap Indonesia sebagai koloni mereka yang harus dikembalikan ke tangan mereka setelah Jepang menyerah.

Oleh karena itu, mereka mengirimkan pasukan ke Indonesia untuk melucuti senjata-senjata Jepang dan mengambil alih kekuasaan dari tangan rakyat Indonesia.

Pasukan Inggris yang dipimpin oleh Jenderal Christison tiba di Jakarta pada akhir September 1945 dan mulai melakukan kontak dengan pihak Republik Indonesia.

Namun, kontak ini tidak berjalan lancar karena adanya perbedaan pandangan dan kepentingan antara kedua belah pihak.

Baca Juga: Inilah Penyebab Terjadinya Pertempuran Surabaya 10 November 1945

Inggris menginginkan agar rakyat Indonesia menyerahkan senjata-senjata mereka dan menghentikan perlawanan terhadap pasukan Sekutu.

Sementara itu, rakyat Indonesia menuntut agar Inggris mengakui kemerdekaan Indonesia dan tidak membantu Belanda untuk menjajah kembali Indonesia.

Ketegangan antara Inggris dan rakyat Indonesia semakin meningkat ketika pasukan Inggris mulai memasuki kota-kota besar di Jawa, termasuk Surabaya.

Di Surabaya, pasukan Inggris mendapat perlawanan sengit dari rakyat Surabaya yang dipimpin oleh Bung Tomo.

Rakyat Surabaya tidak mau menyerahkan senjata-senjata mereka kepada pasukan Inggris dan bersiap-siap untuk bertempur jika diperlukan.

Rakyat Surabaya juga tidak mau menerima kedatangan pasukan Belanda yang datang bersama-sama dengan pasukan Inggris sebagai tawanan perang Jepang.

Rakyat Surabaya menganggap pasukan Belanda sebagai musuh yang ingin menjajah kembali Indonesia.

Faktor Internal: Semangat Nasionalisme Rakyat Surabaya

Faktor internal yang menyebabkan pertempuran 10 November 1945 di Surabaya adalah semangat nasionalisme rakyat Surabaya yang tinggi.

Rakyat Surabaya memiliki kesadaran bahwa mereka adalah bagian dari bangsa Indonesia yang merdeka dan berdaulat.

Mereka tidak mau tunduk kepada siapa pun yang ingin mengancam kemerdekaan dan kedaulatan mereka.

Baca Juga: Tekad Bajanya Picu Peristiwa 10 November, Gubernur Jawa Timur Ini Tewas di Tangan PKI

Mereka juga memiliki rasa solidaritas yang kuat antara sesama rakyat Surabaya dan dengan rakyat Indonesia lainnya.

Semangat nasionalisme rakyat Surabaya terlihat dari berbagai aksi-aksi yang mereka lakukan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Salah satu aksi yang paling terkenal adalah insiden bendera Merah Putih di Hotel Yamato pada 19 Oktober 1945.

Pada hari itu, sekelompok pemuda Surabaya yang dipimpin oleh Soedirman mengibarkan bendera Merah Putih di atas Hotel Yamato yang merupakan markas pasukan Inggris.

Mereka melakukan hal ini sebagai bentuk protes terhadap sikap Inggris yang tidak menghormati lambang negara Indonesia.

Aksi ini memicu kemarahan pasukan Inggris yang kemudian menurunkan bendera Merah Putih dan menggantinya dengan bendera Union Jack.

Hal ini menimbulkan reaksi keras dari rakyat Surabaya yang merasa bendera Merah Putih mereka dilecehkan.

Mereka kemudian menyerbu Hotel Yamato dan mengambil kembali bendera Merah Putih. Insiden ini menjadi pemicu bagi pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.

Selain insiden bendera Merah Putih, rakyat Surabaya juga melakukan berbagai aksi lainnya untuk menunjukkan semangat nasionalisme mereka.

Misalnya, mereka mengadakan rapat-rapat umum untuk menyatakan dukungan kepada pemerintah Republik Indonesia dan menolak kehadiran pasukan Inggris dan Belanda.

Mereka juga membentuk organisasi-organisasi perjuangan seperti Barisan Pemberontak Republik Indonesia (BPRI) dan Laskar Rakyat Surabaya (LRS) yang bertugas untuk melatih dan membekali rakyat Surabaya dengan senjata-senjata untuk bertempur.

Baca Juga: Mengapa 10 November Diperingati sebagai Hari Pahlawan? Ini Peristiwa Bersejarah di Baliknya

Mereka juga melakukan sabotase-sabotase terhadap fasilitas-fasilitas milik pasukan Inggris dan Belanda seperti jembatan, rel kereta api, dan gedung-gedung pemerintahan.

Semangat nasionalisme rakyat Surabaya juga didukung oleh peran Bung Tomo sebagai pemimpin dan penggerak massa.

Bung Tomo adalah seorang wartawan dan politisi yang memiliki kemampuan berpidato yang luar biasa.

Ia menggunakan radio sebagai media untuk menyampaikan pidato-pidato yang menggugah semangat juang rakyat Surabaya.

Ia juga memberikan arahan-arahan strategis kepada rakyat Surabaya untuk menghadapi pasukan Inggris dan Belanda.

Tindakan heroik tersebutlah yang membuat Bung Tomo menjadi simbol perlawanan rakyat Surabaya terhadap penjajah.

Kesimpulan

Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya adalah hasil dari interaksi antara faktor eksternal dan internal.

Faktor eksternal adalah sikap Inggris dan Belanda yang tidak mengakui kemerdekaan Indonesia dan ingin menguasai kembali Indonesia sebagai koloni mereka.

Faktor internal adalah semangat nasionalisme rakyat Surabaya yang tinggi dan tidak mau menyerah kepada penjajah.

Kedua faktor penyebab pertempuran 10 November 1945 di Surabaya tersebut pada akhirnya menunjukkan bahwa rakyat Indonesia memiliki keberanian dan kegigihan untuk mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan mereka.

Baca Juga: Caption Hari Pahlawan, Kumpulan Kata-kata Bijak tentang Pahlawan dan Perjuangan