Penulis
Intisari-online.com - Sunan Kalijaga adalah salah satu dari sembilan wali yang dikenal sebagai Wali Songo.
Beliau memiliki nama asli Raden Said dan merupakan putra dari Adipati Tuban.
Sebelum menjadi seorang wali, Raden Said dikenal sebagai seorang perampok yang membantu rakyat miskin dengan mengambil harta kaum bangsawan.
Namun, perbuatan itu membuatnya diusir oleh ayahnya dan hidup mengembara.
Dalam perjalanannya, Raden Said bertemu dengan Sunan Bonang, salah satu wali yang juga merupakan putra dari Sunan Ampel.
Sunan Bonang menasihati Raden Said untuk meninggalkan perbuatan buruknya dan menuntut ilmu agama.
Raden Said tertarik untuk menjadi murid Sunan Bonang dan bersedia menerima ujian kesabaran dari gurunya.
Sunan Bonang lalu menancapkan tongkatnya di pinggir sungai dan menyuruh Raden Said untuk menjaganya sambil menunggu kedatangannya kembali.
Raden Said setia menuruti perintah gurunya dan duduk bersila di tepi sungai tanpa beranjak sedikit pun.
Ia tidak tahu kapan Sunan Bonang akan datang lagi dan berapa lama ia harus menjaga tongkat itu.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Raden Said tetap duduk di tempatnya tanpa mengenal panas, hujan, dan angin.
Baca Juga: Sunan Kalijaga, Dari Bromocorah Menjadi Penyebar Islam Yang Kafah
Ia tidak makan dan minum, tetapi ia tidak merasa lapar dan haus. Ia tidak sadar bahwa ia telah tertidur dalam keadaan bersemedi.
Tubuhnya menjadi kering, wajahnya tumbuh kumis dan jenggot, sekujur tubuhnya dilingkari akar tumbuh-tumbuhan liar.
Di kepalanya ada burung yang bersarang.
Orang-orang yang melewati tempat itu merasa aneh melihat seorang laki-laki muda yang duduk bersila di pinggir sungai.
Mereka menamakannya penjaga kali. Beberapa orang mencoba membangunkannya, tetapi tidak berhasil.
Beberapa orang mencoba mengambil tongkatnya, tetapi tidak bisa. Tongkat itu seolah-olah melekat di tanah.
Setelah tiga tahun lamanya, Sunan Bonang akhirnya datang kembali ke tempat itu.
Ia mengumandangkan azan di telinga Raden Said dan membangunkannya dari tidurnya. Raden Said terkejut melihat dirinya yang sudah berubah sangat banyak.
Kemudian ia juga terkejut mengetahui bahwa ia telah tidur selama tiga tahun.
Sunan Bonang memuji kesetiaan dan kesabaran Raden Said dalam menjalani ujian dari gurunya.
Ia mengatakan bahwa Raden Said telah lulus ujian tersebut dan layak untuk menjadi muridnya.
Lalu ia juga mengajak Raden Said untuk belajar ilmu agama di pesantren miliknya.
Raden Said bersyukur kepada Allah dan mengikuti Sunan Bonang dengan penuh hormat.
Ia belajar banyak hal dari gurunya dan menjadi seorang ulama yang berilmu luas dan berakhlak mulia.
Juga menjadi seorang wali yang menyebarkan Islam di tanah Jawa dengan cara-cara yang bijaksana dan santun.
Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya kesabaran dalam menuntut ilmu agama.
Kesabaran adalah salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang murid yang ingin mendapatkan ilmu dari gurunya.
Namun,juga adalah salah satu kunci untuk mendapatkan karunia Allah dan keberkahan hidup.