Raden Ayu Matah Ati, Lembut Di Istana Garang Di Medan Pertempuran

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Raden Ayu Matah Ati, istri Pangeran Sambernyowo alias Mangkunegaran I, yang memimpin prajurit estri.

Raden Ayu Matah Ati, istri Pangeran Sambernyowo alias Mangkunegara I, yang memimpin prajurit estri.

Intisari-Online.com - Dialah RadenAyu Matah Ati, istri dari Mangkunegara I alias Pangeran Sambernyawa, pendiri Kadipaten Mangkunegaran.

Raden Ayu Matah Ati sebelumnya bernama Roro Rubiyah.

Dia berasal dari Dusun Matah di sekitar Gunung Wijil, Klaten.

Dia bertemu dengan Raden Mas Said, cucu dari Raja Jawa-Amangkurat IV, ketika sedang bergerilya melawan Belanda.

Raden Mas Said terpesona oleh kecantikan dan kecerdasan Roro Rubiyah.

Dia kemudian menikahinya dan memberinya gelar Raden Ayu Matah Ati.

Raden Ayu Matah Ati tidak hanya menjadi istri yang setia, tetapi juga menjadi prajurit yang perkasa.

Dia ikut berperang bersama suaminya dan memimpin pasukan perempuan yang disebut Prajurit Estri.

Dia memiliki kemampuan bertempur yang luar biasa, baik menggunakan panah, keris, pedang-tameng, tombak, maupun pistol.

DIa juga memiliki ketrampilan mengatur strategi dan logistik perang.

Raden Ayu Matah Ati berperan penting dalam pendirian Kadipaten Mangkunegaran.

Dia membantu suaminya dalam melakukan diplomasi dengan Belanda dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam konflik.

Raden Ayu Matah Ati juga membantu suaminya dalam mengembangkan kesenian dan kebudayaan di Mangkunegaran.

Dia menjadi inspirasi bagi banyak tari-tari Wireng atau keprajuritan yang ada di Mangkunegaran.

Kisah hidup Raden Ayu Matah Ati menjadi sumber sejarah yang ditulis dalam Babad Nitik Mangkunagara.

Babad ini merupakan buku catatan harian Raden Ayu Matah Ati yang mengisahkan perjuangan dan cinta suaminya.

Kisah ini juga menjadi inspirasi bagi drama tari kolosal yang berjudul Matah Ati yang dipentaskan di beberapa tempat pada tahun 2010-2015.

Raden Ayu Matah Ati adalah salah satu contoh perempuan Jawa yang memiliki semangat cinta dan perjuangan yang tinggi.

Dia menunjukkan bahwa perempuan Jawa tidak hanya cantik dan lemah lembut, tetapi juga tangguh dan berani. Ia layak dijadikan teladan bagi generasi muda Indonesia.

Raden Ayu Matah Ati tidak hanya dikenang sebagai prajurit perempuan yang setia dan perkasa, tetapi juga sebagai ibu yang baik.

Dia memiliki lima orang anak dari pernikahannya dengan Mangkunegara I.

Anak-anaknya adalah Raden Mas Garendi, Raden Mas Suryokusumo, Raden Mas Suryodiningrat, Raden Mas Suryoputro, dan Raden Ayu Retno Dumilah.

Raden Ayu Matah Ati juga dikenal sebagai sosok yang dermawan dan peduli terhadap rakyat.

Dia sering memberikan bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan, terutama para janda dan anak-anak yatim piatu yang menjadi korban perang.

Raden Ayu Matah Ati juga mendirikan beberapa pesantren dan sekolah untuk memberikan pendidikan kepada rakyat.

Raden Ayu Matah Ati wafat pada tahun 1782, dua tahun setelah suaminya.

Dia dimakamkan di Astana Girilayu, kompleks pemakaman keluarga Mangkunegaran.

Makamnya berada di samping makam suaminya. Hingga kini, makamnya masih sering dikunjungi oleh para peziarah yang menghormati jasanya.

Raden Ayu Matah Ati adalah salah satu perempuan Jawa yang memiliki kisah hidup yang luar biasa.

Dia menjadi saksi sejarah dari perjuangan Mangkunegara I melawan penjajah Belanda.

Raden Ayu Matah Ati juga menjadi pelopor dari kesenian dan kebudayaan Mangkunegaran. Ia adalah simbol dari keperkasaan, kesetiaan, dan kebaikan perempuan Jawa.

Artikel Terkait