Penulis
Intisari-Online.com -Pangeran Samber Nyawa adalah julukan yang disandang oleh salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah Jawa, yaitu Raden Mas Said atau Pangeran Mangkunagara I.
Dia adalah pendiri Pura Mangkunagaran di Surakarta pada tahun 1757 dan juga seorang pahlawan nasional yang berjuang melawan VOC dan keraton Surakarta.
Namun, dari mana asal nama Samber Nyawa itu? Apakah dia benar-benar seorang pembunuh yang ganas dan tak kenal ampun? Atau ada makna lain di balik nama itu?
Artikel ini akan mengungkap rahasia di balik nama Pangeran Samber Nyawa berdasarkan sumber-sumber primer dan kredibel.
Nama dari Panji-panji Perang
Salah satu sumber primer yang menyingkap asal-usul nama Pangeran Samber Nyawa adalah Serat Babad Pakunegaran.
Serat ini memuat otobiografi Pangeran Mangkunagara I sendiri yang ditulis pada tahun 1757.
Serat ini merupakan karya otobiografi tertua yang pernah ditulis di Jawa dan menggambarkan secara detail perjalanan hidup dan perjuangan Pangeran Mangkunagara I.
Dalam Serat Babad Pakunegaran, Pangeran Mangkunagara I menjelaskan bahwa nama Samber Nyawa berasal dari panji-panji perang pasukannya.
Panji-panji itu berwarna biru-hitam dengan bulatan putih, yang melambangkan bulan sabit.
Panji-panji itu dinamakan Samber Nyawa karena simbolisasi kekuatan gaib dan kesaktian pasukan Pangeran Mangkunagara I.
Jadi, nama Samber Nyawa bukanlah julukan yang diberikan oleh musuh-musuhnya karena kekejamannya dalam membunuh, melainkan nama dari panji-panji perangnya yang menakutkan dan menggetarkan.
Nama itu kemudian melekat pada dirinya sebagai tanda penghormatan dan kekaguman dari pengikut dan pengagumnya.
Seorang Pemimpin Militer dan Budayawan
Sebagai seorang pemimpin militer yang berbakat dan berpengalaman, Pangeran Samber Nyawa bukanlah seorang pembunuh yang haus darah.
Perjuangannya dimulai sejak usia 14 tahun pada tahun 1740 dan berlangsung hingga tahun 1757.
Awalnya bersekutu dengan Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengkubuwana I) melawan VOC dan keraton Surakarta, Pangeran Samber Nyawa kemudian berpisah dan berperang satu sama lain.
Sebelum akhirnya mendirikan Pura Mangkunagaran, dia juga sempat menjadi Pangeran Miji (pangeran senior) di keraton Surakarta.
Kecerdasan dan kelihaian dalam mengatur siasat dan taktik perang ditunjukkan oleh Pangeran Samber Nyawa selama perang saudara yang berdarah-darah itu.
Pasukan yang loyal dan disiplin juga dimilikinya, yang terkenal dengan Prajurit Estri (prajurit wanita) yang terdidik dan tangguh.
Banyak musuh berhasil dikalahkannya dan VOC pun mengakui kekuatannya.
Pangeran Samber Nyawa juga tidak lupa akan budaya dan agama. Seni, terutama wayang dan gamelan, adalah kecintaannya.
Meski menjadi muslim yang saleh yang menjalankan rukun Islam, dia juga menghormati tradisi-tradisi Jawa, termasuk Nyi Roro Kidul.
Pesantren di lingkungan Mangkunagaran juga sempat dibangunnya.
Kesimpulan
Pangeran Samber Nyawa adalah nama yang mengandung rahasia dan makna yang mendalam.
Nama itu bukanlah julukan yang mencerminkan kekejaman dan keganasan, melainkan nama dari panji-panji perang yang melambangkan kekuatan dan kesaktian.
Pangeran Samber Nyawa adalah seorang pemimpin militer yang berbakat dan berpengalaman, sekaligus seorang budayawan dan muslim yang saleh.
Dia adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah Jawa yang patut dihormati dan diteladani.