Find Us On Social Media :

Arya Penangsang vs Sultan Hadiwijaya: Kisah Dendam dan Pengkhianatan di Balik Perebutan Tahta Demak

By Ade S, Jumat, 31 Maret 2023 | 06:56 WIB

Ilustrasi kisah Arya Penangsang vs Sultan Hadiwijaya, dua tokoh yang berseteru dalam perebutan tahta Demak.

Intisari-Online.com - Kerajaan Demak adalah salah satu kerajaan Islam pertama di Jawa yang memiliki pengaruh besar dalam sejarah dan budaya.

Namun, kerajaan ini juga mengalami konflik internal yang melibatkan dua tokoh penting, yaitu Arya Penangsang dan Sultan Hadiwijaya.

Siapa mereka dan apa yang menyebabkan mereka berseteru?

Artikel ini akan mengulas kisah dendam dan pengkhianatan di balik perebutan tahta Demak antara Arya Penangsang dan Sultan Hadiwijaya.

Latar Belakang Konflik

Konflik antara Arya Penangsang dan Sultan Hadiwijaya merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah kerajaan Islam di Jawa.

Konflik ini bermula dari persaingan dan perselisihan antara dua keluarga yang sama-sama memiliki hubungan darah dengan pendiri Kerajaan Demak, yaitu Raden Patah.

Arya Penangsang adalah cucu asli Raden Patah dari garis ayahnya, Pangeran Surowiyoto atau Raden Kikin.

Ia juga merupakan murid kesayangan Sunan Kudus yang mewarisi keris pusaka Setan Kober.

Ia menjadi Adipati Jipang setelah ayahnya dibunuh oleh Raden Mukmin atau Sunan Prawoto, putra dari Sultan Trenggana, adik Raden Patah.

Baca Juga: Sunan Kudus dan Arya Penangsang: Hubungan Guru-Murid yang Penuh Konflik dan Kontroversi

Sultan Hadiwijaya adalah menantu Sultan Trenggana dari garis ibunya, Ratu Pembayun, putri Raja Majapahit Brawijaya V.

Ia juga dikenal dengan nama Mas Karebet atau Joko Tingkir karena ia diangkat sebagai anak oleh Nyai Ageng Tingkir, janda Ki Ageng Tingkir yang merupakan dalang wayang beber terkenal.

Ia menjadi Sultan Pajang setelah membunuh Sunan Prawoto dengan bantuan Rangkud, utusan Arya Penangsang.

Perjalanan Konflik

Pada tahun 1549, Arya Penangsang mengirim Rangkud untuk membunuh Sunan Prawoto dengan Keris Setan Kober sebagai balas dendam atas kematian ayahnya.

Rencana ini berhasil dan Sunan Prawoto tewas di tangan Rangkud. Namun, Rangkud tidak kembali ke Jipang melainkan bergabung dengan Mas Karebet yang saat itu menjadi Adipati Pengging.

Mas Karebet kemudian memindahkan ibu kota Kerajaan Demak ke Pajang dan mengganti nama menjadi Kesultanan Pajang.

Ia juga bergelar Sultan Hadiwijaya atau Adiwijaya. Sementara itu, Demak menjadi kabupaten yang dipimpin oleh Adipati Arya Pangiri.

Dendam Arya Penangsang semakin berkobar mengetahui hal tersebut. Ia merasa berhak atas tahta Demak sebagai cucu asli Raden Patah.

Ia juga merasa dikhianati oleh Rangkud yang telah membantu Mas Karebet naik takhta. Ia pun mempersiapkan pasukan untuk menyerang Pajang dan merebut tahta dari Sultan Hadiwijaya.

Sultan Hadiwijaya tidak tinggal diam. Ia juga mempersiapkan pasukan untuk menghadapi serangan Arya Penangsang.

Baca Juga: Misteri Keris Setan Kober: Pusaka Sakti yang Membawa Petaka bagi Arya Penangsang 

Ia dibantu oleh Ki Ageng Pemanahan dan Ki Juru Martani, dua cucu Ki Ageng Sela yang merupakan guru spiritualnya.

Ia juga mendapat dukungan dari Sunan Kalijaga dan Sunan Giri yang merupakan guru-guru agamanya.

Akhir Konflik

Pertempuran antara Arya Penangsang dan Sultan Hadiwijaya terjadi di sekitar tahun 1568 di daerah Delanggu, Klaten.

Pertempuran ini berlangsung sengit dan berdarah-darah. Banyak korban jiwa dari kedua belah pihak.

Namun, nasib malang menimpa Arya Penangsang. Saat ia sedang bersemangat menyerbu pasukan Pajang, ia tidak sadar bahwa keris Setan Kober yang ia pegang telah terbalik sehingga ujungnya mengarah ke perutnya sendiri.

Ketika ia melompat untuk menyerang musuh, ia tertusuk oleh kerisnya sendiri. Ia pun tewas seketika dengan perutnya robek.

Dengan kematian Arya Penangsang, pasukan Jipang pun kocar-kacir dan mundur. Sultan Hadiwijaya berhasil mempertahankan tahtanya dan mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Ia pun memerintah Pajang dengan damai dan adil hingga akhir hayatnya.

Kesimpulan

Konflik antara Arya Penangsang dan Sultan Hadiwijaya adalah salah satu contoh dari persaingan dan perselisihan antara keluarga kerajaan yang berakar dari sejarah dan dendam.

Konflik ini juga menunjukkan peran penting dari para tokoh agama dan budaya dalam membantu menyelesaikan konflik dan menjaga perdamaian.

Konflik ini juga menjadi saksi dari pergantian kekuasaan dari Demak ke Pajang sebagai pusat kerajaan Islam di Jawa.

Baca Juga: Siapa Arya Penangsang dan Mengapa Sunan Kudus Mendukungnya?