Penulis
Halimah As-Sa'diyah merupakan salah satu wanita yang paling berjasa dalam tumbuh kembang Nabi Muhammad SAW di masa balita.
Intisari-Online.com -Dia adalah salah satu wanita yang paling berjasa dalam hidup Nabi Muhammmad SWA.
Nama wanita terhormat itu adalah Halimah As-Sa'diyah, seorang wanita miskin dari suku Hawazin yang berada di Thaif.
Nasibnya berubah total setelah jadi ibu susuan Nabi Muhammad.
Halimah as-Sa’diyah adalah wanita yang beruntung dan terpilih menjadi ibu susu dari Nabi Muhammad SAW. S
Seperti disebut di awal, dia berasal dari suku Hawazin, kabilah Bani Sa’ad yang tinggal di desa Al-Hudaibiyyah di Tha’if.
Dia menikah dengan Harits bin Abdil Uzza atau Abu Kabsyah dan memiliki empat orang anak, yaitu Abdullah, Anisah, Hudzafah, dan Syaimah.
Halimah as-Sa’diyah adalah wanita yang miskin dan hidup susah.
Ia bersama suaminya menggantungkan hidup dari hasil beternak unta dan kambing.
Namun, ternak mereka kurus-kurus dan tidak menghasilkan susu yang banyak.
Halimah as-Sa’diyah juga tidak memiliki ASI yang cukup untuk menyusui anaknya sendiri.
Suatu hari, Halimah as-Sa’diyah bersama beberapa wanita lainnya pergi ke Makkah untuk mencari bayi yang bisa mereka susui sebagai pekerjaan.
Mereka berharap mendapatkan bayi dari keluarga kaya yang bisa memberi mereka upah yang layak.
Namun, ketika mereka sampai di Makkah, tidak ada seorang pun yang mau mempercayakan bayinya kepada Halimah as-Sa’diyah karena ia terlihat miskin dan lemah.
Akhirnya, Halimah as-Sa’diyah mendengar ada seorang bayi yatim piatu yang bernama Muhammad bin Abdullah.
Bayi itu adalah anak dari Aminah binti Wahab dan Abdullah bin Abdul Muthalib, dua orang bangsawan Quraisy.
Namun, ayahnya telah meninggal sebelum ia lahir dan ibunya tidak memiliki ASI untuk menyusuinya.
Bayi itu ditolak oleh semua wanita penyusuan karena mereka merasa tidak akan mendapat keuntungan dari keluarganya.
Halimah as-Sa’diyah merasa kasihan kepada bayi itu dan memutuskan untuk menyusuinya.
Ia berpikir bahwa mungkin Allah akan memberkati dirinya dan keluarganya dengan menyusui bayi yatim piatu itu.
Ia pun menggendong bayi itu dan membawanya pulang ke desanya.
Sejak saat itu, kehidupan Halimah as-Sa’diyah berubah drastis.
Ternaknya menjadi gemuk dan menghasilkan susu yang banyak.
Tanaman-tanamannya tumbuh subur dan berbuah lebat. Rumput-rumput di sekitarnya menjadi hijau dan segar.
ASI-nya pun melimpah dan bisa menyusui bayi Muhammad SAW dan anaknya sendiri.
Halimah as-Sa’diyah menyadari bahwa semua itu adalah berkah dari Allah karena bayi Muhammad SAW.
Ia pun sangat mencintai dan menyayangi bayi itu seperti anaknya sendiri.
Ia juga melindungi dan menjaganya dengan baik.
Ia merasakan kebahagiaan yang tak terkira dengan memiliki bayi Muhammad SAW sebagai anak susuannya.
Halimah as-Sa’diyah menyusui bayi Muhammad SAW selama empat tahun.
Dia kemudian mengembalikan Muhammad kepada ibunya di Makkah setelah peristiwa syaq al-shadr atau pembelahan dada oleh dua malaikat yang membersihkan hatinya dari segala kotoran.
Ia merasa khawatir akan keselamatan bayi itu dan meminta izin kepada ibunya untuk membawanya kembali ke desanya.
Namun, Aminah binti Wahab menolak permintaan Halimah as-Sa’diyah karena ia ingin membesarkan anaknya sendiri di Makkah.
Ia pun berpisah dengan bayi Muhammad SAW dengan perasaan sedih dan haru.
Ia tetap menganggap bayi itu sebagai anaknya sendiri dan selalu mendoakannya
Halimah as-Sa’diyah tidak pernah bertemu lagi dengan Nabi Muhammad SAW setelah mengembalikannya kepada ibunya.
Ia hanya mendengar kabar-kabar tentang kehidupan dan dakwah Nabi Muhammad SAW dari orang-orang yang datang ke desanya.
Ia selalu merindukan dan mengagumi anak susuannya yang telah menjadi rasul Allah.
Halimah as-Sa’diyah wafat sebelum peristiwa Fathul Makkah atau penaklukan kota Makkah oleh Nabi Muhammad SAW pada tahun 8 H atau 630 M.
Ia dimakamkan di desanya dengan penuh hormat oleh keluarga dan kerabatnya.
Ia meninggalkan warisan berupa akhlak mulia dan keimanan yang kuat kepada anak-anak dan cucu-cucunya.
Anak-anak Halimah as-Sa’diyah adalah Abdullah, Anisah, Hudzafah, dan Syaimah. Mereka semua memeluk Islam dan mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW.
Mereka juga menjadi saudara-saudara susuan Nabi Muhammad SAW dan mendapatkan kehormatan dari beliau.
Mereka turut berjuang dan berdakwah bersama Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.
Pernikahan Halimah as-Sa’diyah dengan Harits bin Abdil Uzza adalah pernikahan yang harmonis dan penuh cinta.
Mereka saling membantu dan mendukung satu sama lain dalam segala hal.
Mereka juga saling bersyukur atas nikmat Allah yang telah memberikan mereka bayi Muhammad SAW sebagai anak susuan mereka.
Mereka menjadikan bayi Muhammad SAW sebagai teladan dalam hidup mereka.