Penulis
Intisari-Online.com -Gunung Merapi kembali menunjukkan keunikan dan keaktifannya dengan memiliki dua kubah lava aktif dalam satu periode erupsi.
Hal ini merupakan pertama kalinya terjadi dalam sejarah.
Lalu bagaimana bentuk dan karakteristik Gunung Merapi berubah dari zaman ke zaman?
Dua Kubah Lava Aktif
Gunung Merapi yang berstatus Siaga sejak Sabtu (11/3/2023) kini memiliki dua kubah lava aktif dalam satu periode erupsi.
Hal ini diungkapkan oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) melalui akun Twitter @BPPTKG pada Kamis (23/4/2023).
“Pertama kalinya dalam sejarah, Gunung Merapi memiliki 2 kubah lava aktif dalam satu periode erupsi,” tulis BPPTKG.
Seperti dilansir dari Kompas.com, Kepala BPPTKG Yogyakarta Agus Budi Santoso membenarkan informasi tersebut.
Dua kubah lava aktif tersebut adalah kubah lava barat daya dan kubah lava tengah kawah. Kedua kubah lava itu masih terus tumbuh sejak muncul pada Januari 2021.
Kubah lava barat daya bahkan terlihat aktif dengan suhu 230 derajat Celsius berdasarkan pengamatan drone oleh Badan Geologi.
Gunung Merapi dari Zaman ke Zaman
Gunung Merapi adalah salah satu gunung berapi teraktif di Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Jawa.
Gunung ini memiliki potensi kebencanaan yang tinggi karena sering mengalami erupsi dan dikelilingi oleh permukiman yang padat.
Dalam artikel ini, kita akan melihat bagaimana bentuk dan karakteristik Gunung Merapi berubah dari zaman ke zaman.
Pembentukan Gunung Merapi
Gunung Merapi merupakan gunung termuda dalam rangkaian gunung berapi yang mengarah ke selatan dari Gunung Ungaran, Gunung Merbabu, dan Gunung Merapi.
Proses pembentukan Gunung Merapi dimulai sekitar 400.000 tahun yang lalu akibat aktivitas di zona subduksi Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke bawah Lempeng Eurasia.
Puncak yang sekarang ini tidak ditumbuhi vegetasi karena aktivitas vulkanik yang tinggi. Puncak ini tumbuh di sisi barat daya puncak Batulawang yang lebih tua1.
Perubahan Bentuk Akibat Erupsi
Gunung Merapi telah mengalami banyak erupsi sejak masa pra-modern hingga kontemporer.
Erupsi-erupsi tersebut menyebabkan perubahan bentuk pada puncak dan lereng gunung. Beberapa perubahan bentuk akibat erupsi antara lain:
1) Pembentukan kaldera
Salah satu erupsi besar terjadi sekitar 1.800 tahun yang lalu dan menghasilkan aliran piroklastik (awan panas) dengan volume sekitar 19 km3.
Erupsi ini juga menyebabkan runtuhnya puncak gunung dan membentuk kaldera dengan diameter sekitar 3 km.
2) Pembentukan dome lava
Magma kental dan lengket di dalam kawah gunung dapat membentuk sumbatan keras (dome lava) yang dapat runtuh sewaktu-waktu dan menyebabkan aliran piroklastik.
Sumbatan tersebut juga dapat menyebabkan tekanan magma meningkat sehingga dapat memicu letusan eksplosif.
Dome lava pertama kali terbentuk pada tahun 1872 dan terus berkembang hingga saat ini.
3) Perubahan morfologi
Erupsi-erupsi besar juga menyebabkan perubahan morfologi pada lereng gunung.
Misalnya, erupsi tahun 2010 menghasilkan aliran piroklastik dengan volume total sekitar 1 km3 dan mencapai jarak lebih dari 15 km dari puncak.
Aliran piroklastik tersebut merusak hutan, tanah, sungai, jembatan, rumah, dan infrastruktur lainnya di sekitarnya.