Penulis
Intisari-Online.com -Nyepi adalah hari raya Hindu yang dirayakan oleh umat Hindu di Bali setiap tahunnya. Pada hari ini, seluruh pulau Bali seakan berhenti beraktivitas.
Tidak ada kendaraan yang berlalu-lalang, tidak ada lampu yang menyala, tidak ada suara yang terdengar.
Semua orang harus tinggal di rumah dan menjalani empat larangan utama: amati geni (tidak menyalakan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak keluar rumah), dan amati lelanguan (tidak bersenang-senang).
Lantas apa alasan kenapa hanya Bali yang melaksanakan tradisi ini? Apa rahasia di balik Nyepi? Mari kita simak penjelasannya.
Sejarah Nyepi
Dilansir dari coconuts.co, Selasa (21//3/2023), Nyepi berasal dari kata "sepi" yang berarti sunyi atau tenang. Nyepi merupakan hari raya Saka baru bagi umat Hindu di Bali.
Tanggal Nyepi ditentukan berdasarkan perhitungan kalender Saka, yaitu kalender lunisolar yang digunakan oleh masyarakat Hindu-Buddha di Indonesia sejak abad ke-8 Masehi.
Kalender Saka dimulai pada tahun 78 Masehi dan memiliki perbedaan 78 tahun dengan kalender Masehi.
Menurut sejarah, tradisi Nyepi mulai dikenal sejak abad ke-10 Masehi ketika Raja Airlangga memerintah kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur.
Raja Airlangga memiliki dua putra bernama Marakata dan Anak Wungsu. Setelah ayahnya wafat pada tahun 1049 Masehi, Marakata menggantikan tahta sebagai raja Mataram Kuno dengan gelar Dharmawangsa Teguh Anantawikramottunggadewa.
Namun pada tahun 1052 Masehi, ia dibunuh oleh pemberontakan rakyat Wurawari yang dipimpin oleh Erlangga.
Anak Wungsu kemudian melarikan diri ke Bali bersama beberapa pengikutnya dan mendirikan kerajaan Warmadewa di sana.
Ia juga membawa serta kalender Saka dan tradisi Nyepi sebagai bentuk penghormatan kepada ayahnya. Sejak saat itu, tradisi Nyepi terus dilestarikan oleh masyarakat Hindu di Bali hingga sekarang.
Makna Nyepi
Nyepi memiliki makna filosofis dan spiritual yang dalam bagi umat Hindu di Bali. Secara filosofis, Nyepi merupakan simbol dari siklus alam semesta yang terus berputar dari kegelapan menuju cahaya.
Dengan menjalani empat larangan utama pada hari Nyepi, melansirthehoneycombers.com,Selasa (21//3/2023), umat Hindu diharapkan dapat mengendalikan hawa nafsu dan ego mereka serta mencapai kesucian jiwa.
Secara spiritual, Nyepi merupakan upaya untuk membersihkan diri dari pengaruh negatif roh-roh jahat yang berkeliaran di bumi.
Menurut kepercayaan Hindu-Bali, roh-roh jahat atau bhuta kala akan datang mencari mangsa pada saat pergantian tahun baru Saka.
Untuk mengusir mereka, umat Hindu melakukan ritual ngrupuk pada malam sebelum Nyepi.
Pada ritual ngrupuk ini, umat Hindu membawa ogoh-ogoh (patung-patung raksasa yang menyerupai makhluk-makhluk menyeramkan) sambil berkeliling desa dengan suara bising dan api unggun.
Ogoh-ogoh dibuat oleh kelompok-kelompok pemuda di setiap desa atau banjar dengan berbagai bentuk dan kreasi.
Baca Juga: Kini Ditambah Cuti Bersama, Ini Alasan Nyepi Bukan Hanya untuk Umat Hindu? Ada Fakta Ilmiahnya!
Biasanya ogoh-ogoh akan dibawa dengan cara diangkat oleh beberapa orang sambil berkeliling desa dengan iringan musik gamelan bleganjur pada malam sebelum Nyepi.
Ogoh-ogoh juga sering disertai dengan api unggun dan petasan untuk menambah kesan bising.
Tujuan dari arak-arakan ogoh-ogoh adalah untuk mengusir roh-roh jahat atau bhuta kala yang berkeliaran di bumi pada saat pergantian tahun baru Saka.
Dengan membuat kebisingan dan keramaian, diharapkan roh-roh jahat akan terkecoh dan lari menjauh dari pulau Bali.
Setelah itu, ogoh-ogoh biasanya dibakar di tempat pemakaman atau sema sebagai simbol pemurnian diri.
Alasan Nyepi Hanya Dirayakan di Bali
Umat Hindu di negara lain tidak merayakan Nyepi karena tradisi ini khusus berkembang di Bali yang memiliki sejarah dan budaya yang berbeda dengan umat Hindu di India atau negara lain.
Sementara itu, umat Hindu di Bali mengikuti ajaran Hindu Dharma yang merupakan bentuk sinkretisme antara agama Hindu dengan kepercayaan lokal.
Nyepi juga dipengaruhi oleh kalender Saka yang digunakan oleh masyarakat Hindu-Buddha di Indonesia sejak abad ke-8 Masehi.
Di sisi lain, melansir kompas.com,Selasa (21//3/2023),umat Hindu di negara lain biasanya merayakan tahun baru berdasarkan kalender Vikram Samvat yang dimulai pada tahun 57 SM dan memiliki perbedaan 135 tahun dengan kalender Masehi.
Tahun baru Vikram Samvat jatuh pada bulan Chaitra (Maret-April) dan dirayakan dengan nama-nama yang berbeda-beda seperti Ugadi, Gudi Padwa, Cheti Chand, Navreh, Baisakhi, Puthandu, Vishu, Pohela Boishakh, Bihu, Songkran, Thingyan, Aluth Avurudda dan Sinhala Tamil New Year.
Dampak Nyepi bagi Bali
Nyepi tidak hanya memiliki makna religius bagi umat Hindu di Bali, tetapi juga memberikan dampak positif bagi lingkungan dan pariwisata Bali.
Dengan adanya Nyepi, polusi udara dan suara di Bali dapat berkurang secara signifikan karena tidak ada aktivitas transportasi, industri, atau hiburan selama 24 jam.
Hal ini juga membuat langit Bali menjadi lebih gelap dan bintang-bintang menjadi lebih terlihat.
Selain itu, Nyepi juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal maupun asing yang ingin merasakan suasana Bali yang berbeda dari biasanya.
Banyak hotel dan villa yang menawarkan paket menginap khusus untuk menyaksikan pawai ogoh-ogoh dan menikmati ketenangan Nyepi.
Beberapa hotel bahkan menyediakan fasilitas meditasi, yoga, atau spa untuk memanjakan tamunya.
Nyepi juga menjadi kesempatan bagi masyarakat Bali untuk bersilaturahmi dengan keluarga dan tetangga serta merefleksikan diri mereka sendiri.
Dengan begitu, mereka dapat meningkatkan kualitas hidup mereka secara rohani maupun sosial.