Find Us On Social Media :

Sosrokartono, Sosok Hindia Belanda Pertama yang Menguasai 26 bahasa!

By Andreas Chris Febrianto Nugroho, Sabtu, 22 April 2023 | 15:15 WIB

Sosrokartono mendapatkan gelar sarjana dari University Leiden dan menjadi wartawan perang dunia I

Baca Juga: Ajaran Pokok Syekh Yusuf, Ulama Indonesia yang Jadi Pahlawan Nasional

Nama Sosrokartono makin dikenal kala menjadi wartawan yang mampu meliput perundingan gencatan senjata antara Sekutu dengan Nazi Jerman.

Sebagai perundingan tingkat tinggi, kala itu perjanjian gencatan senjata yang dilakukan oleh dua kekuatan militer besar di dunia tersebut sampai harus dirahasiakan.

Tetapi Sosrokartono mampu menembus kerahasiaan tersebut hingga menjadi salah satu orang yang meliput peristiwa penting di Eropa kala itu.

Namun sayang sekali, hasil liputan yang dilakukan oleh Sosrokartono mengenai perundingan tersebut sampai sekarang sangat susah ditemukan.

Sepak terjang Sosrokartono cukup dikenal oleh dunia internasional hingga membuatnya ditarik sebagai penerjemah di Liga Bangsa-Bangsa (sebelum PBB) usai tak lagi menjadi wartawan.

Setidaknya jabatan penerjemah di Liga Bangsa-Bangsa itu diemban oleh Sosrokartono dari tahun 1919-1921 sebelum ia memutuskan untuk kembali ke Tanah Air.

Sekembalinya ke Hindia Belanda, kehebatan Sosrokartono di Eropa tak membuatnya mudah mencari pekerjaan saat awal menginjakkan kaki di Jawa.

Sosrokartono pernah mendapat tawaran untuk bekerja di museum Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenscappen tapi ditolak dengan alasan ingin rehat sejenak dari rutinitas.

Sampai akhirny Sosrokartono memilih bergabung dengan Ki Hajar Dewantoro untuk menjadi pengajar di taman siswa Darusalam Bandung.

Sekeluar dari situ Sosrokartono memilih menjadi mantri kesehatan, perlu diketahui Sosrokartono sejak usia 3 tahun memiliki kemampuan supernatural bahkan pernah menyembuhkan keluarga temannya saat di Eropa hanya dengan menempelkan tangannya ke dahi orang tersebut.

Baca Juga: Alasan Ulama Indonesia Syekh Yusuf Menjadi Pahlawan di Negara Lain

Agaknya Sosrokartono memilih untuk tetap sendiri sampai akhir hayatnya karena tidak menikah ataupun mengangkat anak.

Raden Mas Panji Sosrokartono akhirnya mangkat pada 8 februari 1952 disemayamkan di Sedo Mukti, Desa Kaliputu, Kudus.

"Sugih tanpa bandha / digdaya tanpa aji / nglurug tanpa bala / menang tan ngasorake", adalah kalimat terakhir yang tersemat di nisannya.

(*)