Penulis
Cerita sekte JMS yang didirikan oleh Jung Myung Seok. Untuk mencapai kesucian maksimal, para pengikut perempuan harus berhubungan badan dengan sang pendiri.
Intisari-Online.com - Belakangan Korea Selatan geger.
Bukan karena persoalan K-pop, tapi soal keberadaan sekte JMS dan sosok pendirinya, Jung Myung Seok.
Sekte ini menjadi perbincangan setelah muncul dalam serial dokumenter keluaran Netflix berjudul In The Name of God: A Holy Betrayal.
Secara garis besar, dokumenter itu ingin bercerita soal para korban di empat sekte keagamaan yang ada di Korea Selatan.
Salah satu yang dibahas adalah sekte JMS alias Jesus Morning Star.
Pendiri dan pemimpinnya adalah Jung Myung Seok.
Dikutip dari Kompas.com, Jung Myung Seok sangat menyukai perempuan--dan disebut banyak melakukan pelecehan terhadap pengikut perempuannya.
Siapa sebenarmnya Jung Myung Seok?
Jung Myung Seok sejatinya adalah seorang pastur.
Dia pertama kali mendapatkan pendidikan agama Kristen berkat ajaran para misionaris di sekolah dasar.
Ketika menginjak remaja, Jung Myung Seok mengklaim bisa 'berbicara' dengan roh Yesus.
Setelah perang dari Perang Vietnam,Jung Myung Seok mendirikan gereja dan komunitasnya sendiri.
Organisasi keagamaan itu ia namai Christian Gospel Mission atau juga disebut Providence dan Jesus Morning Star (JMS).
Terkait kasus pelecehan seksual yang melibatkan dirinya,Jung Myung Seok didugamelakukan perbuatan tidak pantas kepada sekitar 100 wanita anggota gerejanya pada 1999.
Jung Myung Seok mengelak dan memilik kabur ke luar negeri.
Tak hanya di Korea Selatan,Jung Myung Seok ternyata melakukan hal yang sama kepada para pengikutnya di Jepang dan Taiwan.
Modusnya, dia berpura-puramengundang para korban untuk melakukan 'pemeriksaan kesehatan' atau 'penghapusan dosa'.
Nyatanya, ia berhubungan seksual dan melecehkan korban.
Setelah kabur selama 8 tahun, Kementerian Keamanan Publik China menangkap Jung Myung Seok di Beijing pada 1 Mei 2007.
Jung Myung Seok mendapatkan hukuman penjara 10 tahun.
Jung Myung Seok bergabung sebagai anggota Gereja Unifikasi bentukan Sun Myeong Moon pada 1970.
Sepuluh tahun kemudian, ia mendirikan Gereja Aecheon yang berafiliasi dengan Gereja Metodis.
Namun, gereja buatannya dikeluarkan dari keanggotaan Gereja Metodis.
Ia lalu mengubah namanya menjadi Asosiasi Kristen Internasional pada pertengahan 1980-an.
Pada Oktober 1999, organisasi ini berganti nama menjadi Christian Gospel Mission.
Kelompok ini juga kadang menyebut dirinya sebagai Providence, Jesus Morning Star (JMS), dan The Bright Moon Church. Dilansir dari ABC News, JMS diklaim memiliki 300 gereja afiliasi dan lebih dari 100.000 pengikut di Korea Selatan.
Grup ini juga memiliki lebih dari 10.000 pengikut di seluruh dunia.
JMS bahkan beroperasi di banyak negara lain, termasuk Australia, Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Jerman, Afrika Selatan, Jepang, dan Taiwan.
JMS memiliki ajaran bernama 30 Pelajaran atau 30 Prinsip.
Jung Myung Seok disebut sebagai seorang Mesias.
Agar masuk surga, para pengikut JMS harus melakukan perintahnya.
JMS sering merekrut anggota baru di sekitar pusat perbelanjaan atau kampus.
Mereka dikabarkan sengaja mencari wanita tinggi dan menarik sebagai pengantin spiritual bagi sang Mesias.
Awalnya, JMS akan memikat calon anggota dengan mengajak mereka menjadi model, ikut kelas pembelajaran Alkitab, atau mengikuti acara olahraga.
Setelah dilantik, para anggota baru didorong untuk memutuskan hubungan dengan teman dan keluarga.
Mereka akan tinggal di rumah komunal bersama anggota lainnya.
Saat sudah menjadi anggota, para wanita akan disebut sebagai mempelai Tuhan atau sama artinya dengan mempelai Jung Myung Seok.
Mereka akan dilatih untuk berpenampilan menarik, menjaga diri tetap langsing, dan berpakaian bagus.
Para wanita didorong untuk berhubungan seks dengan Jung Myung Seok untuk mencapai penyucian maksimal secara agamis.
Jung Myung Seok pertama kali dituduh melakukan pelecehan seksual oleh pemberitaan stasiun TV SBS pada 20 Maret 1999.
SBS menghubungi lebih dari 100 korban untuk membuktikan hal ini.
Pemberitaan itu menyebabkan Jung Myung Seok kabur ke luar Korea Selatan. Ia baru ditangkap di China pada 2006.
The Korea Times memberitakan, polisi China menangkapnya karena memperkosa wanita China serta dikabarkan sampai Jepang dan Taiwan.
Selain tuduhan pemerkosaan, dia terlibat dalam delapan tuduhan penggelapan, kekerasan seksual atau penipuan lainnya.
Pada Agustus 2008, Jung Myung Seok dihukum karena memperkosa para wanita anggota JMS.
Ia dijatuhi hukuman enam tahun penjara oleh pengadilan Distrik Pusat Seoul.
Pada 10 Februari 2009, Pengadilan Tinggi Seoul menambahkan empat tahun hukuman penjara kepadanya.
Pada 18 Februari 2018, Jung Myung Seok bebas dari Penjara Daejeon di Yuseong-gu, Daejeon, Korea Selatan.
Meski dipenjara 10 tahun, ia tetap mempertahankan organisasi ini.
Laki-laki itu menggunakan sistem manajemen dari jarak jauh.
JMS terus menerbitkan khotbah secara online, memberikan konseling telepon, dan mengadakan acara di luar negeri untuk pengikutnya.
Selama 10 tahun penjara, khotbah, dokumen, dan arahan lisannya disampaikan melalui pengunjung penjara dan penerus Jung Myung Seok yang bernama Jeong Jo Eun.
Saat Netflix ingin membuat serial dokumenter mengenai JMS berjudul In The Name of God: A Holy Betrayal, organisasi tersebut sempat mengajukan tuntutan kepada MBC, rumah produksinya.
Dilansir dari The Korea Hearld, JMS mengajukan tuntutan karena menganggap dokumenter itu melanggar prinsip praduga tak bersalah dan merusak kebebasan beragama.
Untungnya, Pengadilan Distrik Barat Seoul menolak permintaan tersebut.
Pengadilan mengatakan MBC dan Netflix membuat program tersebut berdasarkan materi obyektif dan subyektif yang mendukung klaimnya.
Ini berbeda dari tuntutan JMS yang hanya berdasarkan materi milik organisasi tersebut.
Akhirnya, serial dokumenter In The Name of God: A Holy Betrayal bisa tayang di Netflix.
Begitu nama Jung Myung Seok dan JMS kembali naik ke publik, pemerintah Korea Selatan kembali menyerukan agar organisasi tersebut dihentikan.