Find Us On Social Media :

Alasan Sunan Gresik Menghapus Sistem Kastanisasi

By Mentari DP, Rabu, 8 Februari 2023 | 08:30 WIB

Alasan Sunan Gresik menghapus sistem kastanisasi.

Intisari-Online.com - Dari 9 Wali Songo, Sunan Gresik menjadi Wali Songo pertama yang menyebarkan ajaran Islam di Jawa.

Nama aslinya adalah Maulana Malik Ibrahim dan dia merupakan seorang ulama yang berasal dari Arab.

Ketika pertama kali dia mulai berdakwah, saat itu kerajaan yang berkuasa adalah Kerajaan Majapahit.

Sehingga tidak heran apabila masyarakatnya saat itu menganut ajaran Hindu atau Buddha yang sesuai dengan ajaran yang penguasanya pegang.

Akan tetapi pada masa itu, kondisi di Gresik memang sudah terpecah belah.

Rupanya sudah ada beberapa masyarakat setempat yang menganut agama Islam.

Namun jumlahnya masih kalah banyak dibanding mereka yang menganut agama Hindu atau Buddha. Atau malahan tidak menganut agama sama sekali.

Meski begitu, Maulana Malik Ibrahim tidak terlalu mempermasalahkannya. Sebab, sejak awal dia memang memiliki sifat yang ramah dan lebih suka kedamaian.

Jadi menurutnya tidak masalah jika ada masyarakat yang belum menganut ajaran Islam dan memilih mengikuti ajaran penguasanya.

Rupanya sifat ramahnya inilah yang justru menarik perhatian masyarakat sekitar.

Dari semua itu, ada satu poin dalam ajaran Islam yang sangat menarik umat lain, yaitu soal kastanisasi.

Baca Juga: Ini Alasan Mengapa Sunan Gresik Menghapuskan Sistem Kastanisasi

Dalam ajaran Hindu, mereka mengenal sistem kastanisasi atau sistem kasta.

Di mana sistem kasta ini adalah penggolongan manusia berdasarkan golongan tertentu.

Ada 4 sistem kasta yang diketahui, yaitu:

1. Kasta Brahmana : kasta tertinggi yang biasanya dipegang oleh tokoh agama, pendeta dan mereka yang bekerja di bidang spritual.

2. Kasta Ksatria : biasanya dipegang oleh golongan bangsawan, para kepala dan anggota lembaga pemerintahan.

3. Kasta Waisya : biasanya dipegang oleh para pekerja di sektor ekonomi seperti pedagang.

4. Kasta Sudra : biasanya dipegang oleh para pekerja yang bertugas untuk membantu dan melayani para kasta di atasnya.

Nah, rupanya dari ke-3 kasta tersebut, kasta Sudra adalah kasta yang paling banyak ditemukan di Gresik.

Sebab kasta ini terdiri dari rakyat jelata, orang miskin, orang-orang yang kurang pandai, dan orang-orang yang tertindas.

Biasanya mereka yang berada di kasta Sudra tidak diizinkan untuk bergaul apalagi berhubungan dengan kasta di atasnya.

Melihat hal itu, Maulana Malik Ibrahim ingin melakukan perbaikan.

Baca Juga: Mengapa Sunan Gresik Menghapus Sistem Kastanisasi yang Merupakan Tradisi Ajaran Agama Hindu?

Sebab menurutnya, pengelompokan manusia berdasarkan kasta merupakan kerusakan moral dan hal ini sudah pasti tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Di dalam ajaran Islam, semua derajat manusia itu sama. Tidak ada yang lebih tinggi ataupun rendah.

Namun tidak mudah baginya untuk menghilangkan sistem kastanisasi. Oleh karenanya, dia menggunakan pendekatan kepada masyarakat melalui pergaulan.

Awal mulanya, dia berdakwah dikalangan orang yang tersisih. Pelan-pelan dia memperkenalkan Islam melalui adab dan perilaku.

Cara kedua dia menggunakan cara berdagang. Cara ini sangat baik sebab ruang lingkupnya menjadi sangat luas.

Bahkan dia berhasil memberikan dakwah kepada para bangsawan dengan lancar.

Kehadiran Maulana Malik Ibrahim menarik perhatian Raja. Meski Raja tidak berkenan masuk Islam, namun dia memberikan sebidang tanah di daerah pinggiran Gresik kepadanya.

Saat ini, wilayah ini dikenal dengan nama Desa Gapura.

Selain itu, dia juga mendapat izin untuk mengembangkan agama Islam. Dia pun segera membuka pondok pesantren.

Di sana dia mendidik masyarakat setempat hingga Maulana Malik Ibrahim wafat pada 1419.

Dia dimakamkan di Desa Gapura, Gresik, Jawa Timur. Oleh karena itulah, ia juga disebut dengan Sunan Gresik.

Baca Juga: Strategi Sunan Bonang dalam Menyebarkan Islam di Tuban