Find Us On Social Media :

Jika Hubungan Seks Sudah Menjadi Korban Mitos (1)

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 25 Mei 2016 | 17:15 WIB

Jika Hubungan Seks Sudah Menjadi Korban Mitos (1)

Ketika seksnya senantiasa 'on' dan nyaris jarang "off, kaum lelaki juga bingung, bagaimana seks miliknya bisa senantiasa lancar dioperasionalkan. Harus diakui kalau seks lelaki jauh lebih njelimet dan bermasalah ketimbang seks perempuan. Itu sebabnya surat-surat konsultasi seks umumnya lebih banyak datang dari suami.

Kendati keluhan suami menjadi derita istri juga, lebih banyak istri membisu ketika seks termangu sendiri di kamar tidurnya. Kebanyakan kaum istri lebih bisa nrimo.

Macho tapi impoten?

Kaum pria juga masih disibukkan oleh persepsi yang bingung ihwal tampilan sosok macho. Maka teknik bagaimana membesarkan otot tubuh dan aneka kegiatan binaraga di mana-mana masih dikejar kaum Adam sampai hari ini. Seolah pasti kalau simbol seksinya seorang lelaki itu hanya pada gempalnya otot-otot dada dan lengannya, selain seberapa tebal kumis dipasang dan sebelantara apa brewoknya dibiarkan tumbuh.

Masih saja ada lelaki yang mencemaskan ihwal pantatnya yang tepos, lalu mengganjalnya dengan dompet tebal, dengan anggapan (keliru) supaya bisa lebih seksi.  Lelaki juga cemas kalau dadanya kelimis, la lu menumbuhkan bulu di sana. Padahal belum tentu di situ semangat seks perempuan bertumpu.

Sesuai dengan latar perkembangan kejiwaan seorang perempuan, tidak semua perempuan sama seleranya terhadap elemen sosok seksinya lelaki. Benar ada perempuan yang gandrung memandang lelaki macho model Charles Bronson, misalnya. Jangan lupa, bukan sedikit perempuan yang malah lebih suka lelaki klimis ala Brad Pitt atau Tom Cruz. Bukan tak jarang pula ada perempuan yang langsung kesengsem menyaksikan lelaki kerempeng model Michael Jackson.

Sama seperti halnya tidak semua lelaki sama berselera pada payudara semontok milik Dolly Parton. Juga sebuah kekeliruan lain kalau kaum pria masih beranggapan tak ada perempuan yang menyukai lelaki berbokong tepos dan berpaha mirip belalang. Coba amati tabel "Persepsi Seks Lelaki".

Harus diinsyafi pula kalau lelaki macho belum tentu perkasa. Ke-macho-an cuma soal tampilan. Boleh saja kumisnya setebal tembakau susur, brewoknya serem sampai ke bawah dagu, dan bulu dadanya kayak ilalang. Tapi perkara kegarangan seksnya masih perlu dipertanyakan. Macho saja di hadapan istri belum cukup kaiau nyatanya selalu gagal ereksi.

Nilai kehebatan kaum Adam tak berhenti sampai di situ. Tak cukup sekadar tampil macho dan hebat ereksinya. Andai spermanya tak subur, buat apa  berkumis tebal, berbulu dada, brewokan, kalau hanya bisa ereksi dan ejakulasi doang?

Puncak kehebatan lelaki harus memperlihatkan tiga gatra. Tampilannya lelaki abis, mampu ereksi, dan wajib bisa menghamili. Kurang satu gatra saja berarti belum lelaki tulen. Simbol lelaki sejati itu jangan lupa dilengkapi dengan sperma yang subur.

Lebih dari itu, ada tuntutan lain dari pihak istri yang tak boleh dianggap sepele. Tak cukup hanya mampu ereksi, lalu bisa gagah menghamili belaka. Apakah sebagai sebuah rekreasi, seks suami juga mampu melahirkan puncak klimaks buat istri? Baru sampai di situ tak sedikit kaum pria sudah merasa dibuat repot. Takut dibilang tak macho cemas kalau sampai gagal ereksi, dan putus asa jika gagal menghamili.

Beragam mitos seks terus hilir mudik menambah sesaknya lalu lintas pikiran yang tak jernih. Tak sedikit lelaki yang sesat memilih jalan ketika merasa seksnya lemah dan loyo. Masih teperdaya juga kalau demi cita-cita meraih "Long John" (baca: extra-large), mustikanya direlakan, misal, disengat tawon secara sengaja.