Find Us On Social Media :

Geger Keraton Solo, Ada Keributan Antar Ningrat Hingga Todongan Pistol, Ini Pemicunya?

By Afif Khoirul M, Sabtu, 24 Desember 2022 | 14:14 WIB

Keraton Kasunan Surakarta. Ilustrasi isi Perjanjian Giyanti.

Menurut Gusti Moeng, pihak Sasonoputro membawa sekitar 50 orang untuk mengusir Gusti Moeng dan keluarganya.

Tak hanya Gusti Moeng cucu dari Sri Susuhunan Pakubuwono XIII, BRM Suryo Mulyo ikut ditodong.

Menurut keterangan Suryo, sosok orang yang menodongnya mengaku sebagai polisi.

"Saya diginiin (mengisyaratkan tangan seperti ditodongi senjata api) 'Isoh meneng ra mas?' Ditodong didorong. 'Ojo peh aku nganggo klambi biasa terus kowe nyepelekke aparat'," katanya.

Kemudian cucu PB XIII lain, BRM Yudhistira Rachmat Saputro, juga mengaku dipukuli.

Polisi kini tengah turun tangan untuk mengusut insiden di dalam Keraton Solo ini, jika terbukti ada tindak pidana.

Namun, Kapolresta Surakarta Iwan Sektiadi menghendaki adanya mediasi jika memungkinkan.

Sementara itu, kericuhan di Keraton Solo telah terjadi berkali-kali sejak tahunan yang lalu.

Terakhir, Putri Raja Keraton Solo, SISKS Pakubuwono (PB) XIII Hangabehi, GKR Timoer Rumbai Kusuma Dewayani (TRKD) dilaporkan ke polisi.

TKRD dilaporkan polisi dengan tuduhan penganiayaan pada, (17/12/22).

Menurut kuasa hukum Agus Susilo Muchlis kejadian penganiayaan tersebut terjadi saat ada isu pencurian di lingkungan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Baca Juga: Kisah Gundik Raja yang Dikutuk Jadi Buaya Putih, Awalnya Penari Keraton Surakarta yang Sangat Cantik Parasnya, Sayangnya Tega Melakukan Hal 'Menjijikkan' Ini

"Berawal dari akan ditutupnya pintu kuning besar Jolo Tundo, di mana sesuai aturan setiap malam di atas pukul 21.00 WIB dilakukan penutupan," kata dia dikutip dari TribunSolo.com.

"Namun masih ada akses pintu kecil, yang bisa dibuka tutup setiap saat untuk keluar masuk," jelasnya.

"Akan tetapi dari pihak TRKD tidak berkenan dengan penutupan pintu tersebut oleh satgas abdi dalem," tambahnya.

Terduga pelaku kemudian mendatangi Kanjeng Adit, selaku sentono dalem.

Dia kemudian diduga melakukan penganiayaan, diantaranya memaki-maki, mendorong, dan menampar.