Find Us On Social Media :

Kini Jadi Juara Piala Dunia 2022, Ini Alasan Argentina Sedikit Memiliki Pemain Kulit Hitam di Dalam Skuad Piala Dunianya

By Mentari DP, Senin, 19 Desember 2022 | 08:30 WIB

Mengapa Argentina sedikit memiliki pemain kulit hitam di Piala Dunia?

Tentara revolusioner, misalnya, mewajibkan orang yang diperbudak untuk berperang dalam perang kemerdekaan Argentina (1810-1819) melawan pasukan Spanyol, dengan janji kebebasan setelah bertugas selama lima tahun.

Namun alih-alih mati di medan perang, banyak yang meninggalkan begitu saja dan memilih untuk tidak kembali ke tempat kelahiran mereka, seperti yang dikatakan oleh sejarawan George Reid Andrews.

Roll call mengungkapkan bahwa pada tahun 1829 unit militer Cazadores Keempat Afro-Argentina kehilangan 31 tentara tewas dan 802 desersi.

Beberapa dari pria ini pindah ke utara hingga Lima, Peru. Sementara beberapa meninggal dan beberapa pergi, yang lain kembali ke rumah.

Data sensus dari Buenos Aires, kota terpadat di Argentina, mengungkapkan populasi keturunan Afrika lebih dari dua kali lipat dari tahun 1778 hingga 1836.

Mitos lain berpendapat bahwa karena tingginya angka kematian pria kulit hitam yang disebabkan oleh perang abad ke-19, wanita kulit hitam di Argentina tidak punya pilihan selain menikah, hidup bersama atau menjalin hubungan dengan pria Eropa — yang menyebabkan “hilangnya” orang kulit hitam.

Mitos lain tentang kurangnya representasi kulit hitam dalam budaya Argentina berfokus pada wabah penyakit, terutama demam kuning pada tahun 1871.

Beberapa berpendapat bahwa banyak orang kulit hitam Argentina tidak dapat pindah dari daerah yang sangat terinfeksi di Buenos Aires karena kemiskinan dan ini membuat mereka meninggal karena penyakit.

Tapi mitos ini dibantah karena ada data yang menunjukkan bahwa wabah tidak menyebabkan berkurangnya populasi kulit hitam.

Padahal selama berabad-abad, Argentina telah menjadi rumah bagi banyak orang kulit hitam. Tidak hanya populasi orang yang diperbudak dan keturunannya, tetapi juga para imigran.

Namun para pemimpin kulit putih Argentina seperti Domingo Faustino Sarmiento, mantan Presiden Argentina (1868-1874), membuat narasi berbeda yang berbeda dan mengaitkan Argentinadengan warisan Eropa, bukan Afrika atau Amerindian.

Baca Juga: Argentina ke Final Piala Dunia 2022 Qatar, Menguak Rahasia Kota Rosario yang Lahirkan Pemain Bintang Seperti Lionel Messi hingga Angel Di Maria

Lalu Argentina menghapus perbudakan pada tahun 1853 di sebagian besar negara dan pada tahun 1861 di Buenos Aires.

Dengan sejarah perbudakan di belakangnya, para pemimpin Argentina memusatkan perhatian pada modernisasi dan memandang Eropa sebagai tempat lahir peradaban dan kemajuan.

Mereka percaya bahwa untuk bergabung dengan barisan Jerman, Prancis, dan Inggris, Argentina pun harus menggusur populasi orang kulit hitamnya — baik secara fisik maupun budaya.

Baca Juga: Kini Maroko Kalahkan Portugal di Piala Dunia 2022, Dulu Panglima Perang Maroko Juga Berhasil Taklukkan Semenanjung Iberia