Find Us On Social Media :

Apakah Sikap Hidup Sederhana Para Ulama Penyebar Islam di Indonesia Dapat Diterapkan di Masa Sekarang?

By Mentari DP, Rabu, 14 Desember 2022 | 12:30 WIB

Apakah sikap hidup sederhana para ulama penyebar Islam di Indonesia dapat diterapkan di masa sekarang?

Intisari-Online.comPara ulama penyebar Islam di Indonesia hidup secara sederhana dan bersahaja, meskipun hartanya melimpah.

Mereka menyedekahkan semua harta, dengan terlebih dahulu mengambil secukupnya untuk kebutuhan pokok.

Apakah sikap hidup sederhana dapat diterapkan di masa sekarang? Jelaskan alasanmu!

Pertanyaan mengenai Apakah sikap hidup sederhana para ulama penyebar Islam di Indonesia dapat diterapkan di masa sekarang? ada di halaman 146.

Tepatnya pada buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas X.

Untuk jawabannya, Anda bisa membuka halaman 126 pada sub bab 4. Keteladanan Para Ulama Penyebar Ajaran Islam di Indonesia.

Dalam bagian itu dijelaskan ada banyak nilai-nilai keteladanan dari para tokoh penyebar Islam di Indonesia.

Salah satu di antara nilai keteladanan tersebut adalah hidup sederhana.

Dijelaskan bahwa para ulama penyebar Islam di Indonesia hidup secara sederhana dan bersahaja, meskipun hartanya melimpah.

Mereka menyedekahkan semua harta, dengan terlebih dahulu mengambil secukupnya untuk kebutuhan pokok.

Allah SWT memerintahkan orang-orang beriman agar menyedekahkan hartanya sebagaimana tercantum dalam Q.S. al-Baqarah/2: 267.

Baca Juga: Penjelasan Teori Buya Hamka Terkait Masuknya Agama Islam di Indonesia

Perintah Allah SWT di atas sudah dilakukan oleh para sahabat Nabi SAW.

Misalnya Abu Bakar r.a., Ustman bin Affan r.a., Umar bin Khattab r.a., Ali bin Abi Thalib r.a. dan sahabat lainnya.

Mereka gemar bersedekah, dan menjalani hidup secara sederhana.

Berkat kesederhanaan para ulama penyebar Islam di Indonesia, perjuangan dakwah menunjukkan hasil luar biasa.

Banyak rakyat jelata, masyarakat miskin, orang awam dengan suka rela memeluk agama Islam.

Akhlak para ulama ini patut dicontoh oleh semua kaum muslimin.

Apalagi saat ini gaya hidup modern, hedonism, dan materialism sangat kuat mempengaruhi masyarakat.

Seperti diketahui bahwa manusia akan selalu digoda oleh hawa nafsu untuk menguasai dunia.

Ibarat minum air laut, semakin diminum akan semakin haus.

Menuruti keinginan hawa nafsu duniawi tidak akan ada selesainya. Hari ini memiliki emas, esok ingin merengkuh berlian.

Ketika berlian sudah dimiliki, kepuasan hanya sekejap saja, karena akan terus merasa kurang.

Baca Juga: Inilah Ulama Indonesia yang Pernah Diundang untuk Presentasi di Hadapan Para Ulama Universitas Al-Azhar Kairo Mesir pada 1879 M

Memiliki gadget bagus, tapi merasa kurang karena melihat gadget orang lain lebih bagus, demikian seterusnya.

Sungguh tak akan ada yang mampu menghentikan keinginan tak berujung ini, kecuali kematian.

Saat itulah, semua ambisi duniawi sirna seketika. Ia meninggalkan dunia ini dengan membawa beberapa lembar kain kafan saja.

Rumah, emas, berlian, jabatan, keluarga dan semua isi dunia ini ditinggalkan begitu saja.

Padahal selama hidup di dunia, ia mati-matian untuk meraihnya.

Baca Juga: Di Negara-negara Mana Syekh Yusuf Belajar Kepada Ulama-ulama Terkemuka pada Tahun 1644?