Penulis
Intisari-Online.com – Kapten Richard N. Ogg harus mencari cara untuk menyelamatkan nyawa penumpangnya saat pesawat mereka akan menabrak Pasifik.
Penerbangan Pan Am 6, sebuah Boeing 377, berangkat dari Honolulu pada pukul 21.30 pada hari Minggu, 14 Oktober 1956, menuju San Francisco dengan enam awak dan 24 penumpang.
Semuanya tampak normal sampai Ogg kehilangan mesin nomor satu sekitar sepertiga perjalanan ke San Francisco.
Ogg menggunakan semua keahliannya sebagai Kapten untuk membuat baling-baling kembali beroperasi.
Dia mencoba mengubah nada bilahnya, tetapi tidak ada tanggapan yang baik karena mesin terus dalam posisi ‘kitiran’.
Tak lama setelah mesin nomor empat, Ogg juga mulai mengalami kerusakan dan dia menyaksikan kecepatan udara yang didambakannya anjlok hingga 140 knot.
Ogg tahu apa artinya itu, bahwa dia harus terbang untuk melakukan pendaratan daruruat dan mendarat di air!
Ogg terbang dan melihat lampu pemotong penjaga pantai, dia tahu kesempatan terbaiknya untuk bertahan hidup adalah membuang pesawat di dekat pemotong, tetapi dia tidak bisa melakukannya di malam yang gelap.
Selama 4 jam Ogg menerbangkan pesawat berputar-putar, menguras tangki bahan bakar, dan bahkan mempraktikkan manuver meloloskan diri.
Dia tahu begitu siang hari, maka dia harus melakukan apa yang perlu.
Saat matahari terbit, Ogg mengirim pemotong melalui radio dan semua orang mulai bersiap untuk pendaratan.
Pada pukul 8.16 pagi, Ogg melakukan pendekatan dan menjatuhkan Penerbangan 6 dalam gelombang laut terbuka setinggi 1,83 meter yang berombak.
Ogg tahu bahwa begitu pesawat menabrak lautan, melansir History Things, maka kemungkinan besar dia akan kehilangan bagian ekornya.
Dan apa yang dipikirkannya, benar!
“Kami mendarat dengan pendaratan yang bagus, tetapi kami tahu bahwa kami akan baik-baik saja,” kata Ogg.
Dalam suatu prestasi yang masih dipelajari hari ini oleh calon pilot, Ogg merasa pesawat enjadi sebagiandidorong ke bawah air setelah mereka menabrak, tetapi pesawat dengan cepat berhasil kembali ke permukaan dan berhenti dengan cepat.
Seperti yang telah diantisipasi, badan pesawat putus, sejumlah kursi di area depan rusak lepas dan pesawat terlempar di sekitar kabin.
Hebatnya, tidak ada korban jiwa atau luka berat dan semuanya dapat diselamatkan dalam beberapa menit.
Temukan sisi inspiratif Indonesia dengan mengungkap kembali kejeniusan Nusantara melalui topik histori, biografi dan tradisi yang hadir setiap bulannya melalui majalah Intisari. Cara berlangganan via https://bit.ly/MajalahIntisari