Find Us On Social Media :

Ketika Armada Majapahit 'Ngamuk' dengan Ulah Bajak Laut Filipina dan Tiongkok yang Sekongkol

By Muflika Nur Fuaddah, Jumat, 18 November 2022 | 09:00 WIB

(Ilustrasi) Bajak Laut Filipina dan Tiongkok Sekongkol Berulah hingga Menyulut Armada Majapahit

Intisari-Online.com - Tahukah Anda bahwa Majapahit dulunya berpusat di Jawa Timur yang pernah berdiri sekitar tahun 1293 hingga 1527 M.

Kerajaan Majapahit punya keistimewaan pada kemampuannya menyinergikan tradisi pelayaran-perniagaan sungai.

Kekuatan armada Kerajaan Majapahit ditegaskan dalam Negarakertagama.

Aktivitas Majapahit yang membuktikan perkembangannya di bidang kemaritiman pada kerajaan tersebut datang dari luar Jawa, Kalimantan, Bali, Sumatra, dan Semenanjung Malaysia.

Kerajaan Majapahit menggunakan Kapal Jung Jawa secara besar-besaran sebagai kapal angkut militer.

Mengutip nationalgeographic, kapal Jung adalah kapal layar tradisional yang digunakan oleh orang Jawa pada zaman dahulu.

Jung merupakan kapal laut yang besar, biasanya dipakai untuk berdagang dengan jarak yang jauh ataupun untuk berperang.

Jung Jawa memiliki sepasang kemudi di buritan, sebuah rumah di atas geladak.

Kapasitas Jung berkisar 200-300 ton dan mampu mengarungi Laut Jawa, Laut China hingga Teluk Benggala.

Jung Jawa yang terbesar mencapai hingga 1.000 ton, yaitu Jung yang dipakai orang Jawa untuk menyerang Malaka pada tahun 1513.

Sementara jumlah terbesar Jung perang Majapahit mencapai 400 kapal yang dikelompokkan menjadi 5 armada.

Baca Juga: 3 Orang Raja di Nusantara Dibuat Binasa oleh Dahsyatnya Kekuatan Armada Laut Majapahit

Kapal-kapal itu mampu menampung hingga 800 prajurit dengan panjang mencapai 50 depa atau setara 100 meter.

Selain itu, mereka juga punya tradisi agraris dengan potensi kemaritiman yang telah dikuasainya.

Kerajaan Majapahit menguasai wilayahnya melalui kebiasaan ekspansi yang mengedepankan cara-cara persuasif.

Apabila cara-cara yang bersifat persuasif tidak berhasil, maka kekuatan militer digunakan.

Jika suatu daerah takluk di bawah kekuasaan Majapahit, maka pada umumnya Pemerintah Majapahit tidak mencampuri urusan internal daerah tersebut.

Majapahit hanya mewajibkan daerah bawahannya untuk menyampaikan upeti atau uang takluk.

Menurut laporan penelitian Sejarah Maritim Indonesia oleh Safri Burhanuddin, Majapahit sangat total menjaga wilayah kekuasaannya.

Ketika bagian Barat Kalimantan pada tahun 1369 Masehi dikacaukan oleh bajak laut dari Sulu, Filipina, yang dibantu oleh Tiongkok, segera armada Majapahit muncul di lautan Tiongkok Selatan, sehingga daerah tersebut terhindar dari pengacau.

Pada tahun 1370 Masehi, tiga orang raja di Nusantara berusaha melepaskan diri dari Majapahit.

Mereka mengirimkan utusan sendiri ke Tiongkok, akibatnya Majapahit mengirimkan armada dan pada tahun 1377 raja-raja tersebut dibinasakan.

Sartika Intaning Pradhani dalam Lembar Sejarah menulis, efektivitas penguasaan Majapahit terhadap wilayah maritimnya tidak dapat dilepaskan dari duo kepemimpinan raja dan patihnya, Raja Hayam Wuruk dan Patih Gadjah Mada.

Baca Juga: Bagaimana Peranan Sriwijaya dan Majapahit dalam Proses Integrasi Antarpulau pada Masa Hindu-Buddha? Ini Penjelasannya

Pada saat kepemimpinan Hayam Wuruk, kepastian hukum menjadi pilar yang penting dalam kehidupan kerajaan.

Hal tersebut dibuktikan dengan dituliskannya kitab undang-undang Negarakertagama yang mengatur tentang kehidupan kerajaan Majapahit dan untuk menjaga wibawa kerajaan, Majapahit membentuk pengadilan bernama Saptopati.

Negarakertagama merupakan hukum tertulis Kerajaan Majapahit yang mengatur jalannya roda pemerintahan negara dan kehidupan rakyat Majapahit.

 Baca Juga: Gagahnya Jung Java: Kapal Perang Raksasa Kerajaan Majapahit 'Menantang' Portugis, Muat 800 Prajurit

(*)