Advertorial

Penjelasan Bagaimana Peranan Sriwijaya dan Majapahit dalam Proses Integrasi Antarpulau pada Masa Hindu-Buddha!

Khaerunisa

Editor

Intisari-Online.com - Inilah penjelasan bagaimana peranan Sriwijaya dan Majapahit dalam proses integrasi antarpulau pada masa Hindu-Buddha.

Pertanyaan bagaimana peranan Sriwijaya dan Majapahit dalam proses integrasi antarpulau pada masa Hindu-Buddha ada di halaman 156 Buku Sejarah Indonesia Kelas X Kurikulum 13 yang diterbitkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Penjelasan terkait pertanyaan tersebut ada dalam pembahasan Terbentuknya Jaringan Nusantara Melalui Perdagangan dimulai pada halaman 151.

Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit sendiri merupakan kerajaan terbesar yang ada di Pulau Sumatra dan Jawa pada masa Hindu-Buddha.

Peta politik di Jawa dan Sumatra abad ke-7 seperti ditunjukkan oleh D.G.E. Hall, bersumber dari catatan pengunjung Cina yang datang ke Sumatra.

Dua negara di Sumatra yang disebutkan yaitu Mo-lo-yeu (Melayu) di pantai timur, tepatnya di Jambi sekarang di muara Sungai Batanghari. Dan agak ke selatan dari itu terdapat Che-li-fo-che, pengucapan cara Cina untuk kata bahasa Sanskerta, Sriwijaya.

Sementara di Jawa terdapat tiga kerajaan utama, yaitu di ujung barat Jawa,terdapat Tarumanegara, di Jawa bagian tengah ada Ho-ling (Kalingga), dan di Jawa bagian timur ada Singhasari dan Majapahit.

Wilayah kekuasaan Sriwijaya, sebagai kerajaan maritim terbesar, bahkan tidak hanya terbatas di Nusantara, tetapi hingga Thailand dan Kamboja.

Sementara itu, Kerajaan Majapahit menjadi kerajaan besar dengan pusat pemerintahan di pedalaman Pulau Jawa, tepatnya di Mojokerto.

Wilayah Majapahit sendiri berdasarkan Kitab Negarakertagama meliputi seluruh wilayah Indonesia saat ini, kecuali Sunda, dan beberapa daerah di Semenanjung Malaya.

Kerajaan utama yang disebutkan di atas berkembang dalam periode yang berbeda-beda.

Kekuasaan kerajaan-kerajaan itulah yang mampu mengontrol sejumlah wilayah Nusantara melalui berbagai bentuk media.

Selain dengan kekuatan dagang, politik, juga kekuatan budayanya, termasuk bahasa.

Interelasi antara aspek-aspek kekuatan itu membuat mereka berhasil mengintegrasikan Nusantara dalam pelukan kekuasaannya.

Pusat-pusat integrasi Nusantara itu berlangsung melalui penguasaan laut.

Dengan jalan penguasaan, akan dengan mudah melakukan kontrol pada wilayah perairan atau wilayah pesisir.

Penguasaan laut menjadi kunci dari keberhasilan Sriwijaya dan Majapahit dalam mencapai integrasi antarpulau di Nusantara.

Secara keseluruhan proses integrasi lambat laun itu kian mantap dankuat, sehingga kian mengukuhkan Nusantara sebagai negeri kepulauan yang dipersatukan oleh kekuatan politik dan perdagangan.

Itulah bagaimana peranan Sriwijaya dan Majapahit dalam proses integrasi antarpulau pada masa Hindu-Buddha.

Berikut ini faktor yang memengaruhi Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit bisa melakukan integrasi antarpulau:

1. Peta Politik

Perkembangan yang terjadi di sektor perdagangan internasional memunculkan kerajaan-kerjaan di wilayah Jawa dan Sumatra.

Alhasil, kerajaan-kerajaan tersebut harus saling mengalahkan atau bekerja sama untuk bisa menguatkan pengaruhnya dalam mengontrol perdagangan.

Kerajaan yang memiliki kekuatan lebih bisa memaksa kerajaan lemah agar tunduk dan mengakui kedaulatan kerajaan tersebut, bisa dengan cara damai ataupun ekspedia militer.

Kekuatan politik dan militer yang dimiliki oleh Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit membuat kedua kerajaan bisa menguasai wilayah di Nusantara.

Selain itu, adanya kekuatan budaya, perdagangan, dan bahasa juga memiliki peran lebih dalam membentuk proses integrasi antarpulau di Nusantara.

2. Menariknya Komoditas

Proses integrasi yang dilakukan Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit dipengaruhi oleh berbagai budaya, seperti Tiongkok, India, dan Nusantara.

Hal ini membuat komoditas di wilayah sekitar Selat Malaka menjadi lebih banyak dan beragam sehingga bisa menjadi pusat perdagangan internasional.

Berkembangnya jalur perdagangan mampu menghubungkan perdagangan yang ada di Laut Jawa sampai ke Maluku.

Rempah-rempah menjadi salah satu komoditas yang paling terkenal pada zaman Hindu-Buddha bahkan sampai pada kedatangan bangsa-bangsa Eropa ke Nusantara.

3. Kerja Sama

Pada masa Hindu-Buddha terjalin suatu hubungan yang terjadi antara kerajaan pusat dengan daerah kekuasaannya.

Hubungan ini berupa hak dan kewajiban yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.

Kerajaan pusat akan menerima hak berupa upeti yang diberikan dari kerjaan-kerajaan di bawahnya yang berada di daerah kekuasaan.

Sementara kerajaan bawahannya akan mendapatkan perlindungan dari kerajaan pusat jika terjadi penyerangan.

Pada masa kejayaannya, Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit bisa menjadi kerajaan besar yang membawahi banyak kerajaan-kerajaan kecil di berbagai daerah.

Baca Juga: Kejeniusan Panglima Angkatan Laut Majapahit 'Menjiplak' Kapal Perang Mongol

(*)

(*)

Artikel Terkait