Kisah Raja Inggris Charles II, ‘Berguling dari Pelacur ke Pelacur’ Hingga Punya 14 Anak Haram

K. Tatik Wardayati

Penulis

Raja Charles II dari Inggris.

Intisari-Online.com – Pesta, wanita simpanan, dan anak haram, yang dilakukan pada masa Raja Charles Inggris sebelumnya adalah simbol kelebihan kerajaan tersebut.

Kematian Ratu Elizabeth II merupakan estafet obor pemerintahan dari ibu ke anak ketika Raja Charles III (yang sebelumnya adalah Pangeran) naik takhta setelah penantian terlamanya dalam sejarah Inggris.

Dia menjadi Charles yang ketiga, dengan dua Charles sebelumnya menjadi duo ayah-anak yang memiliki sejarah yang unik.

Siapakah mereka itu dan apakah Raja Inggris yang baru akan seperti namanya kelak?

Raja Charles I memerintah dari tahun 1625-1649 dan terkenal karena perselisihannya dengan Parlemen yang menyebabkan Perang Saudara Inggris, yang berlangsung dari tahun 1642 hingga 1651.

Selama perang, dia ditangkap oleh Anggota Parlemen dan dieksekusi pada tahun 1649 di luar Istana Whitehall.

Ini menjadi periode singkat ketika Inggris secara efektif menjadi republik.

Namun, setelah sembilan tahun diperintah oleh Oliver Cromwell, restorasi dan pemulihan kembali monarki pada tahun 1660 mengangkat putra Charles, yang juga bernama Charles, yang kemudian dikenal sebagai Bonnie Pangeran Charlie, ke atas takhta.

Pahlawan restorasi ini dianggal sebagai lawan yang menyenangka bagi rezim puritan Cromwell yang telah menjalankan negara dengan kebijakan sosial yang sangat konservatif.

Lalu, seperti apa Raja Charles II?

Raja Charles II dicirikan sebagai orang yang suka bersenang-senang, tidak hanya pada saat itu, tetapi bahkan di zaman modern.

Acara anak-anak yang sangat populer, Horrible Histories, memiliki lagu tentang Raja yang menyebutnya sebagai ‘100% binatang pesta’.

Tidak jauh dari kebenaran, dibandingkan dengan teater yang membencinya, pelarangan Natal, puritan yang menolak alkohol, Raja Charles II tampaknya merupakan kebalikannya, melansir My London News.

Dia justru menjadi tuan rumah perjamuan mewah, pesta, dan merupakan seorang tukang merayu yang jago.

Dikenal sebagai Raja Bahagia, Britannica mengutipnya dengan mengatakan bahwa Tuhan tidak akan ‘membuat seseorang sengsara hanya karena mengambil sedikit kesenangan dari jalannya.’

Raja Charles II digambarkan oleh kontemporer John Evelyn sebagai ‘seorang pangeran dari banyak kebajikan dan banyak ketidaksempurnaan, debonair, mudah diakses, tidak berdarah atau kejam’.

Sementara, John Wilmot, Earl Rochester kedua, menulis lebih cabul tentang Raja Charles II, ‘Dengan gelisah dia berguling dari pelacur ke pelacur. Seorang raja yang cera, penuh skanal, dan malang.’

Raja Charles II meninggal pada tahun 1685 dengan setidaknya 14 anak haram dari sejumlah gundik tingkat tinggi.

Dia juga dikenal oleh rekan-rekannya sebagai penguasa malas yang membenci rutinitas, yang hanya menghabiskan sebagian besar waktunya sebelum menjadi Raja di pengasingan, dengan berpesta melalui berbagai negara Eropa.

Dengan Raja Charles yang baru di atas takhta saat ini yang dikenal publik begitu lama, maka itu akan menjadi kejutan besar di zaman sekarang jika dia meniru sebagai raja pesta atau berselisih dengan parlemen sehingga dia berakhir dengan kepalanya pada balok potong.

Tampaknya orang-orang Inggris yakin bahwa bagaimana pun pemerintahan Raja Charles III mendatang tidak akan seperti dua Charles sebelumnya.

Baca Juga: Adakah Hubungan Darah Antara Raja Charles III dengan Vlad the Impaler ‘Sang Drakula’?

Baca Juga: Akhiri Tradisi Selama 200 Tahun, Raja Charles III Ogah Tinggal di Istana Buckingham, Apa Alasannya?

Temukan sisi inspiratif Indonesia dengan mengungkap kembali kejeniusan Nusantara melalui topik histori, biografi dan tradisi yang hadir setiap bulannya melalui majalah Intisari. Cara berlangganan via https://bit.ly/MajalahIntisari

Artikel Terkait