Find Us On Social Media :

Serdadu Kolonial Membawa Gundik ke Barak Militer hingga Undang 'Bencana'

By Muflika Nur Fuaddah, Kamis, 27 Oktober 2022 | 19:37 WIB

(Ilustrasi) Serdadu militer Hindia Belanda dan gundik pribumi.

Intisari-Online.com - Tujuan memiliki gundik atau selir yakni untuk meningkatkan prestise pria, salah satunya melalui kemampuannya untuk menghasilkan anak.

Namun bagi para serdadu kolonial, praktik pergundikan muncul lantaran kebutuhan biologis dan tidak tersedianya wanita eropa.

Para gundik ini kemudian disebut nyai  yang artinya ”perempuan simpanan” orang asing, khususnya orang Eropa.

Namun yang terjadi pada anggota militer di Hindia Belanda sepanjang abad ke-19 hingga abad ke-20 justru hal yang 'mengerikan.'

Mereka mulai terjangkiti penyakit kelamin seperti Herpes, Syphilis, Morbiveneris dan lain-lain.

Dalam kebijakannya, pemerintah Hindia Belanda hanya memberikan izin kontrak perkawinan kepada anggota setaraf Sersan Mayor, semua anggota militer yang dipertimbangkan untuk masuk dalam prajurit tetap, dan NCOs dan tentara tingkat bawah yang mendapat izin jenderal.

Dari munculnya kebijakan tersebut, bagi golongan militer yang tidak diberikan izin menikah legal akan menempuh jalan untuk mendapat pernikahan secara tidak legal.

Tidak adanya pengawasan langsung dari pemerintah, dengan mudah membawa para gundik atau Nyai masuk ke barak militer mereka.

Nyai pada masa kolonial kerap disandingkan dengan urusan dapur dan kasur yang berfungsi sebagai 'teman' bagi para pria Eropa kesepian. 

Melansir Nationalgeographic.grid.id, kenyataan mengenai kemiskinan inilah yang pada akhirnya melahirkan banyak wanita tunasusila di Hindia Belanda atau menjadi seorang Nyai bagi para lelaki Eropa yang bisa memberikan kehidupan yang layak dan berkecukupan secara ekonomi.

Pada akhirnya, perilaku seks bebas ini diketahui para pejabat tinggi militer hingga ke kalangan atas pemerintah Hindia Belanda.