Meski 'Memelihara' Gundik Tetap Perjaka, Istimewanya Raja di Jawa

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

(Ilustrasi) Raja di Jawa yang menjabat telah mempunyai beberapa gundik atau selir namun masih dikatakan perjaka

Intisari-Online.com- Hal yang lumrah pada era peradaban kuno bagi para penguasa danelite masyarakat untuk memiliki gundik atau selir.

Tujuan memiliki gundik atau selir yakni untukmeningkatkan prestise pria, salah satunya melalui kemampuannya untuk menghasilkan anak.

Meski begitu,kepemilikan akan gundik jugakesempatan tak terbatas untuk memanjakan hasrat seksual mereka.

Perlu Anda ketahui bahwa meski rajadi Jawa yang menjabat punyabeberapa selir, mereka masihdikatakan perjaka, karena status selir hanya sebagai istri ampeyan atau hanya berkedudukan di bawah permaisuri.

Status istri selir raja yang diposisikan sebagai istri ampeyan, tidak menutup kemungkinan bahwa keturunannya kelakakan dapat menggantikan posisi raja, asalkan sesuai dengan ketentuan yang sudah menjadi tradisi kerajaan.

Beberapa raja di Jawa yang mempunyai keturunan dariistri selir namun dapat memposisikan anak laki–lakinya sebagai penerus raja yang sedang berkuasa.

Permasalahan kedudukan sering terjadi di dalam kehidupan masyarakat yang menganut tradisi Jawa.

Hal itu dikarenakan hanya keturunan laki–laki yang dapat meneruskan kedudukan sebagai penerus raja.

Status ternyata tidak mengurangi rasa percaya diri bagi seorang wanita yang sudah dipilih raja untuk menjadi istri selir.

Suatu rasa bangga yang ditunjukkan seorang selir kepada beberapa istri raja yang resmi apabila bisa menemani raja pada waktu istirahat.

Dari gambaran nyata telah membuktikan bahwa kekuasaan raja sebagai senjata utama untuk mendapatkan segalanya.

Sebab terdapat suatu pendapat yang menyatakan, bahwa konsep lelaki ideal dalam imajinasi Jawa harus memiliki benggol (uang) dan bonggol (kejantanan seksual).

Praktik pergundikan juga dilakukan oleh raja-raja Nusantara, termasuk Raden Wijaya.

Raden Wijaya adalah pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Majapahit yang berkuasa antara 1293-1309 M.

Menurut Negarakertagama, Raden Wijaya menikah dengan empat putri Kertanegara, raja terakhir Kerajaan Singasari.

Empat istri Raden Wijaya tersebut adalah Tribhuwaneswari sebagai permaisuri, dan Narendraduhita, Jayendradewi, serta Gayatri sebagai selirnya.

Sedangkan menurut Pararaton, Raden Wijaya hanya menikahi dua putri Kertanegara.

Selain itu, ia juga memperistri Dara Petak, putri dari Kerajaan Melayu, dan memiliki seorang putra bernama Jayanagara.

Namun, menurut Prasasti Sukamerta dan Balawi, Jayanagara adalah putra Raden Wijaya dari permaisurinya, Tribhuwaneswari.

Dari selirnya, Gayatri, Raden Wijaya mempunyai dua orang putri, yaitu Dyah Gitarja atau dikenal sebagai Tribhuwana Wijayatunggadewi dan Dyah Wiyat atau Rajadewi Maharajasa.

Baca Juga: Kaisar Ubah Kebun Binatang Jadi 'Taman Para Gundik,' Ribuan Selirnya Justru Mati

(*)

Artikel Terkait