Intisari-Online.com - Praktik pergundikan atau memiliki selir sudah terjadi di peradaban Yunani kuno dan Romawi.
Di Tiongkok kuno, pergundikan adalah praktik kompleks.
Di peradaban tersebut para selir diberi peringkat sesuai dengan tingkat kaisar dengan mereka.
Praktik pergundikan juga terjadi di era kolonial Hindia Belanda.
Henri van Kol, seorang anggota Parlemen Belanda, dalam catatan
perjalanannya ke Hindia Belanda yang diterbitkan tahun 1903, mengakui:
"Pergundikan para tentara Hindia adalah sebuah keburukan, dan akibat fatal yang muncul darinya tidaklah kecil."
"Upaya untuk meminimalisir hal itu perlu dilakukan dan merupakan suatu kewajiban (Kol, 1903:768).
Tulisan itu didasarkan atas pengamatannya ketika sedang dalam perjalanan dari Salatiga ke Magelang.
Di situlah ia menemukan suatu kelompok sosial yang lahir dari percampuran darah
antara orang Eropa dan Pribumi.
Anak-anak ini, dalam pandangannya cukup negatif.
Tulisan ini menyiratkan sebuah penilaian terkait keberadaan orang-orang yang lahir dari percampuran dua ras yang dianggap sebagai ancaman moral terhadap masyarakat.
Selain anak-anak, Van Kol juga mencatat apa yang kemudian terjadi pada orang tua, terutama para ayah mereka.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR