Penulis
Intisari-Online.com-Praktik pergundikan atau memiliki selir sudah terjadi di peradaban Yunani kuno dan Romawi.
Praktik pergundikan juga terjadi di era kolonial Hindia Belanda.
Namun yang paling terkenal yakni di Tiongkok kuno, di sana pergundikan adalah praktik kompleks.
Di peradaban tersebut para selir diberi peringkat sesuai dengan tingkat kaisar dengan mereka.
Bahkan, kehidupan seorangkaisarChina kuno abad ke-11 bisa punya121 gundik 'siap pakai.'
Misalnya saja pada Dinasti Sui, beberapakaisarpercaya bahwa mereka bisa mendapatkan keabadian dari berhubungan badan dengan sebanyak mungkin wanita tanpa ejakulasi.
Salah satunya yakniKaisarWu yang menghabiskan hidupnya untuk ini.
Namun tak hanya itu, Tiongkok Kuno menyimpan sisi-sisi kehidupan yang mungkin jarang diketahui dan terdengar tak biasa jika dibandingkan dengan dunia dewasa ini.
Berikut beberapa faktaumum dari kehidupan ranjang zaman dinasti Tiongkok kuno:
1. Menahan Ejakulasi pada Pria
Orang Cina kuno sangat percaya bahwa mengeluarkan terlalu banyak “jing” (air mani) dapat menyebabkan penyakit atau kematian.
Menurut mereka, air mani mewakili jumlah kehidupan yang tersisa dalam tubuh, dan jika terus berkurang akan membuat lemah hingga akhirnya kematian.
Mereka percaya jika air mani disimpan di dalam tubuh akan membuat tubuh dan jiwa tetap kuat.
2. Lukisan Erotis sebagai Hadiah Pernikahan
Setiap kali pasangan menikah, mereka pasti diberi lukisan erotis dari kanvas sutra, agar belajar dari gambaran tersebut dalam kehidupan pernikahannya.
Namun gambar tersebut jauh dari konsep monogami, biasanya objek lukisan berkelompok.
Tradisi ini terjadi pada saatperiode Han Timur (23-220 M).
3. Kursi Roda untuk Menjebak Perawan
Kaisar Sui Yang To (581AD–618AD) punyakursi roda khusus yang dibuat dengan tujuan menempatkan gadis perawan pada posisi yang diinginkan untuk melakukan hubungan badan.
Sejarawan menyebutnya "kursi roda perawan".
Cara kerjanya adalah, setiap kali seorang wanita muda duduk di atasnya, klem bermunculan, menahan lengannya ke bawah dan merentangkan kakinya.
Kemudian bantal kursi mekanis memiringkannya sesuai keinginan kaisar.
(*)