Penulis
Intisari-Online.com – Suku-suku Delta Nigeria mempraktikan ritual Iria, sebuah ritual yang menginisiasi gadis-gadis muda menjadi dewasa.
Gadis-gadis yang berpartisipasi dalam ritual pendewasaan tersebut berusia antara 14 dan 16 tahun.
Ritual Iria tidak hanya sebagai simbol kedewasaan tetapi juga ritual yang harus dijalani para gadis untuk dapat menikah dan memiliki anak sendiri.
Ritual Iria berlangsung dalam empat tahap, yaitu tahap Pra-Oboko, tahap ruang penggemukan, tahap Oboko tepat, dan pasca-Oboko.
Tahap pertama, melibatkan gadis-gadis berpakaian dalam satu lembar pakaian tradisional yang digunakan dari pinggang mereka hingga pangkal lutut.
Di tempat-tempat tertentu, para gadis itu bertelanjang dada agar orang banyak memeriksa mereka untuk melihat keperawanan mereka masih utuh.
Seorang gadis yang menolak untuk menunjukkan payudaranya atau gagal dalam pemeriksaan dianggap memalukan dan tidak sopan.
Bisa-bisa dia akan mengalami penghinaan di depan umum.
Namun, ini jarang terjadi, karena kebanyakan gadis memandang kesempatan itu sebagai suatu kehormatan.
Pada tahap kedua, para gadis mengunjungi ruang penggemukan di mana mereka diberi makan makanan bergizi seperti ubi tumbuk dicampur dengan pisang raja yang ditumbuk.
Mereka tidak diizinkan untuk terlibat dalam tugas apa pun.
Gerakan mereka terbatas untuk memastikan mereka mendapatkan berat yang diperlukan.
Langkah ini sanagt penting, karena anak perempuan dianggap layak untuk bertunangan dengan pelamar dna kemungkinan akan menikah.
Selama periode ini, mereka tidak terlihat oleh masyarakat lain, terutama laki-laki.
Wanita yang berpengalaman di komunitas ini mengajari mereka bagaimana berhubungan dengan masyarakat dan merawat diri mereka sendiri, pasangan, dan keluarga yang akan mereka tuju.
Pada hari terakhir, semua gadis berkumpul di sungai dan menyanyikan lagu mereka bersama
Roh air konon datang dan menangkap gadis-gadis pada saat ini.
Tahap selanjutnya dari ritual Iria adalah mengeluarkan roh air dari gadis-gadis itu.
Osokolo, seorang pria bertopeng yang mewakili roh leluhur, memukul mereka dengan tongkat untuk mengeluarkan roh air dari tubuh gadis-gadis itu, melansir lughayangu.
Pada tahap keempat dan terakhir, gadis-gadis itu dibebaskan dari kurungan dan disambut kembali ke masyarakat dengan nyanyian dan tarian.
Mereka mengenakan pakaian upacara dan dihias secara elegan dari ujung kepala hingga ujung kaki dengan manik-manik.
Temukan sisi inspiratif Indonesia dengan mengungkap kembali kejeniusan Nusantara melalui topik histori, biografi dan tradisi yang hadir setiap bulannya melalui majalah Intisari. Cara berlangganan via https://bit.ly/MajalahIntisari