Seperti Inilah Tradisi Pernikahan Suku Minang di Sumatera Barat, Salah Satunya Malam Bainai!

K. Tatik Wardayati

Penulis

Intisari-Online.com – Indonesia yang terdiri dari beribu pulau tak salah bila memiliki beragam suku dan kebudayaan yang menarik.

Tradisi di setiap suku atau budaya mulai dari kelahiran hingga kematian pun beragam.

Yang paling menarik perhatian adalah pesta pernikahan adat.

Tradisi pernikahan ada dimulai dari busana adat, dekorasi pernikahan, hingga tata cara tradisi yang penuh makna tentunya menjadikan pengalaman berkesan yang sayang bila dilewatkan.

Ada banyak suku bangsa yang ada di Indonesia, salah satunya adalah Suku Minang atau Minangkabau yang merupakan suku mayoritas di wilayah Sumatera Barat.

Seperti halnya dengan tradisi pernikahan adat suku lainnya di Indonesia, tradisi pernikahan suku Minang pun memiliki prosesi pernikahan yang menarik.

Berikut ini mengutip dari Kompas.com, tata cara tradisi pernikahan suku Minang.

Maresek

Maresek atau lamaran merupakan tahap perkenalan antar-calon mempelai.

Karena suku Minangkabau menganut sistem kekerabatan matrilineal, maka pihak keluarga wanita yang mendatangi pihak keluarga pria.

Biasanya dalam ritual ini pihak mempelai wanita terlebih dahulu datang ke pihak mempelai pria dengan membawa buah tangan, seperti kue atau buah-buahan.

Maminang/batimbang tando

Setelah itu keluarga mempelai wanita kembali datang ke pihak mempelai pria untuk meminang.

Setelah pinangan diterima, maka ritual dilanjutkan dengan bertukar tanda sebagai simbol pengikat.

Biasanya keluarga mempelai wanita datang dengan membawa kue-kue dan buah-buahan serta sirih pinang lengkap disusun dalam kampia (tas yang terbuat dari daun pandan), yang kemudian disuguhkan untuk dicicipi oleh keluarga pihak mempelai pria.

Setelah itu dilanjutkan dengan saling menukar benda-benda pusaka seperti keris, dan kain adat.

Mahanta siriah

Ini adalah tahapan meminta izin dan memohon doa restu kepada orangtua dan kerabat dekat.

Ritual dimulai dengan calon mempelai pria membawa selapah yang berisi daun nipah dan tembakau.

Sedangkan bagi keluarga calon mempelai wanita, ditambahkan dengan sirih lengkap.

Babako-babaki

Ini adalah tahap ketika pihak dari ayah calon mempelai wanita (babako) menunjukkan kasih sayangnya dengan membantu memikul biaya pernikahan sesuai dengan kemampuan mereka.

Itu dilakukan beberapa hari sebelum akad nikah.

Mereka datang dengan membawa perlengkapan seperti sirih lengkap, nasi kuning singgang ayam, seperangkat busana, serta perhiasan emas untuk mempelai wanita.

Malam bainai

Bainai berarti melekatkan tumbukan halus daun pacar merah ke kuku mempelai wanita.

Ritual ini merupakan simbol kasih sayang para sesepuh keluarga mempelai wanita kepada calon pengantin.

Manjapuik marapulai

Ini merupakan prosesi ketika calon mempelai pria dijemput dan dibawa ke rumah calon mempelai wanita untuk melangsungkan akad nikah.

Ritual ini juga dibarengi dengan pemberian gelar pusaka kepada calon mempelai pria sebagai tanda sudah dewasa.

Setelah selesai, mempelai pria beserta rombongan diarak menuju kediaman calon mempelai wanita.

Penyambutan di rumah anak daro

Rombongan calon mempelai pria sambil diiringi dengan musik tradisional khas Minang, disambut dengan taburan beras kuning di rumah calon mempelai wanita.

Sebelum memasuki pintu rumah, kaki calon mempelai pria diperciki air, kemudian berjalan menapaki kain putih menuju tempat mereka melangsungkan akad nikah.

Baca Juga: Pesta Cium dan Tanpa Lempar Bunga Pengantin, Seperti Inilah Tradisi Pernikahan di Swedia!

Baca Juga: Ritual ‘Menghitamkan Pengantin’, Tradisi Pernikahan Aneh di Skotlandia, Meskipun Menjijikkan Namun Berikan Makna Mendalam bagi Pasangan yang Akan Menikah

Temukan sisi inspiratif Indonesia dengan mengungkap kembali kejeniusan Nusantara melalui topik histori, biografi dan tradisi yang hadir setiap bulannya melalui majalah Intisari. Cara berlangganan via https://bit.ly/MajalahIntisari

Artikel Terkait