Penulis
Intisari-online.com - Situasi dunia memang tengah memanas di tegah naiknya situasi Rusia-Ukraina.
Hal ini turut menyeret Amerika yang mengaku bisa terlibat perang nuklir dalam waktu dekat.
Laksamana Angkatan Laut Charles Richard, komandan Komando Strategis AS, menyatakan pada hari Rabu (20/9).
Bahwa untuk pertama kalinya sejak berakhirnya Perang Dingin, AS menghadapi kemungkinan perang nuklir dengan lawan selevel.
Berbicara pada konferensi yang diselenggarakan Angkatan Udara di Maryland.
Richard mengklaim bahwa AS harus bersiap untuk meningkatkan dengan cepat terhadap kemungkinan lawan, termasuk untuk membela Amerika Serikat sendiri.
"Kita semua di ruangan ini kembali ke bisnis merenungkan. konflik bersenjata langsung dengan rekan berkemampuan nuklir," katanya, menurut ringkasan Pentagon dari komentarnya.
"Kami tidak harus melakukan itu," sambungnya.
"Rusia dan China dapat meningkat ke tingkat kekerasan apa pun yang mereka pilih dalam domain apa pun dengan instrumen kekuasaan apa pun di seluruh dunia," lanjutnya.
"Kami hanya sudah lama tidak menghadapi pesaing dan lawan seperti itu," katanya.
Di mata Moskow, AS saat ini terkunci dalam konflik proksi dengan Rusia di Ukraina.
AS terus meningkatkan komitmen senjata, intelijen, dan bantuan keuangannya ke Kiev sejak pasukan Rusia memasuki Ukraina pada Februari.
Doktrin nuklir Rusia saat ini memungkinkan penggunaan senjata nuklir jika terjadi serangan nuklir pertama di wilayah atau infrastrukturnya.
Atau jika keberadaan negara Rusia terancam oleh senjata nuklir atau konvensional.
Doktrin Amerika mengizinkan serangan nuklir pertama dalam keadaan ekstrem untuk membela kepentingan vital Amerika Serikat atau sekutu dan mitranya.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengulangi posisi ini pada hari Rabu (20/9), menyatakan bahwa Kremlin akan tanpa ragu menggunakan semua cara yang tersedia untuk melindungi Rusia dan rakyat kami.
Jika wilayah Rusia terancam. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov juga memperingatkan bahwa AS sedang "tertatih-tatih di ambang" menjadi pihak langsung dalam konflik Ukraina, dengan Washington mempertaruhkan "tabrakan langsung antara kekuatan nuklir."
Peringatan serupa juga datang dari dalam AS, terutama dari mantan Presiden Donald Trump.
Ia menyatakan bahwa konflik, yang katanya seharusnya tidak pernah terjadi, bisa berakhir menjadi Perang Dunia III.