Intisari-Online.com - Sudah menjadi rahasia umum bahwa Amerika Serikat (AS) dan Rusia merupakan musuh bebuyutan.
Amerika Serikat (AS) dan Rusia sering terlibat konflik hingga perang.
Apalagi mengingat status keduanya sebagai peringkat 1 dan 2 negara militer terkuat di dunia.
Kini, konflik keduanya kian memanas ketika Presiden RusiaVladimir Putin dikirimi peringatan serius oleh Presiden AS Joe Biden.
Hal ini disebabkan oleh potensi penyebaran senjata nuklirnya di Ukraina.
Dalam pidato langsung kepada Presiden Rusiatersebut, Presiden AS Joe Biden mendesaknya untuk menghindari ancaman nuklirnya.
Jika tidak, Amerika Serikat (AS) akan dipaksa untuk membalas dengan tanggapan "konsekuensial".
Pembawa berita CBS Scott Pelley memulai dengan bertanya kepada Presiden Biden: "Ketika Ukraina berhasil di medan perang, Vladimir Putin menjadi malu dan terpojok."
"Dan saya ingin tahu, Tuan Presiden, apa yang akan Anda katakan kepadanya jika dia mempertimbangkan untuk menggunakan senjata nuklir kimia atau taktis."
Presiden Bidenpun menjawab,"Jangan. Jangan. Jangan. Anda akan mengubah wajah perang tidak seperti apa pun sejak Perang Dunia 2."
Ketika Pelley dari CBS menekankan konsekuensinya jika Putin melewati batas nuklir, Presiden Biden menolak untuk memberikan jawaban.
"Anda pikir saya akan memberi tahu Anda jika saya tahu persis apa itu?"
"Tentu saja, saya tidak akan memberi tahu Anda," kata Presiden Biden seperti dilansir dari express.co.uk pada Senin (19/9/2022).
"Itu akan menjadi konsekuensial."
"Tergantung pada sejauh mana apa yang mereka lakukan akan menentukan respons apa yang akan terjadi."
Vladimir Putin telah menempatkan pasukan nuklir Rusia dalam siaga "khusus" setelah invasi ke Ukraina pada Februari 2022 kemarin.
Selama ini, dia hanya mengeluarkanancaman nuklir ke Barat, hingga memicu ketakutan di seluruh dunia bahwa ia bisa siap untuk meluncurkan senjata nuklir ke musuh Rusia.
Dalam pidatonya pada 24 Februari 2022, Putin merujuk pada persenjataan nuklir Rusia dan memperingatkan kekuatan asing bahwa setiap upaya untuk ikut campur akanmendapat konsekuensi yang belum pernah terjadi dalam sejarah.
Namun bertentangan dengan pernyataannya sebelumnya,Presiden Rusia itu mengatakan pada awal Agustus bahwa tidak akan ada pemenang dalam perang nuklir dan perang semacam itu tidak boleh dinyalakan.
Dalam sebuah surat kepada peserta konferensi tentang perjanjian non-proliferasi nuklir (NPT), Putin mengatakan: "Kami melanjutkan dari fakta bahwa tidak ada pemenang dalam perang nuklir dan itu tidak boleh dilepaskan."
"Dan kami berdiri untuk kesetaraan dan keamanan yang tak terpisahkan bagi semua anggota komunitas dunia."
Saat ini, AS masih menjadi negara militer terkuat di dunia. Hanya jumlah senjata nuklir mereka yang kalah dari Rusia.
Di manaRusia diperkirakan memiliki sekitar 6.000 hulu ledak, menurut Federasi Ilmuwan Amerika.