Salah satu alasan penolakan awal itu adalah patung-patungnya dianggap terlalu mirip dengan kerajinan tangan, yang tidak dianggap sebagai seni rupa.
Asawa tidak terganggu dengan perbandingan itu, dia hanya berkata, “Apakah itu kerajinan atau apakah itu seni. Itu adalah definisi yang dipakai orang pada sesuatu.”
Perbandingan karyanya dengan kerajinan tangan cukup pas mengingat asal-usul patung kawat melingkar itu dibuat.
Selama perjalanan ke Meksiko pada tahun 1947, Ruth Asawa tersepesona oleh keranjang anyaman yang dia temukan, melansir the collector.
Keranjang itu biasanya digunakan untuk membawa telur di Toluca, Meksiko, tetapi Asawa ingin memasukkan kualitas keranjang itu dalam pekerjaannya.
Dia lalu belajar teknik dari pengrajin wanita setempat dan memasukkannya ke dalam pembuatan patungnya.
Asawa menggunakan bahan yang terjangkau dan mudah diakses untuk membuat patungnya.
Penggunaan materinya dipengaruhi oleh pelajaran yang diambilnya di Black Mountain College.
Gurunya dan seniman terkenal Josef Albers mendorong murid-muridnya untuk menggunakan bahan sehari-hari untuk menciptakan sesuatu yang menawarkan pengalaman baru dan berbeda.
Untuk membuat pahatan kawat melingkar, Asawa secara manual menghubungkan kawat yang terbut dari bahan seperti kuningan, tembaga, alumunium, baja, atau besi.
Dia meninggal di usianya yang ke-87 tahun, pada tahun 2013.
Temukan sisi inspiratif Indonesia dengan mengungkap kembali kejeniusan Nusantara melalui topik histori, biografi dan tradisi yang hadir setiap bulannya melalui majalah Intisari. Cara berlangganan via https://bit.ly/MajalahIntisari