‘Obol Charon’, Inilah Ritual Pemakaman Yunani Kuno, Tinggalkan Koin di Mata Mayat Sebagai Pembayaran Pengangkut Jiwa dari Dunia Orang Hidup ke Dunia Orang Mati

K. Tatik Wardayati

Penulis

Obol Charon, ritual pemakaman Yunani kuno.

Intisari-Online.com – Orang Yunani menganggap ritual pemakaman sebagai salah satu tugas paling suci mereka.

Diyakini bahwa jika tidak beristirahat selama tubuh tetap tidak terkubur.

Tubuh yang tidak dikubur merupakan pelanggaran bagi mata para dewa, yang berada di dunia atas dan bawah.

Maka, siapa pun yang menemukan mayat yang belum terkubur diharapkan agar segera membuang segenggam debu atau kotoran di atasnya.

Selama perang ketika orang-orang Yunani bertempur, seorang jenderal yang gagal menyediakan waktu untuk pemakaman tentara yang tewas bersalah karena pelanggaran berat.

Itu berarti, penguburan orang mati tidak ditolak oleh komandan, apakah orang yang meninggal itu orang Yunani, musuh Negara, atau orang barbar.

Jika mayat dibiarkan tidak dikubur, itu berarti pelanggaran hukum perang untuk menolak pemakaman prajurit yang mati.

Selama periode Mycenaean, orang Yunani menetapkan prosedur yang ketat tentang menguburkan orang mati mereka.

Jenazah disiapkan seperti biasa, lalu dilanjutkan dengan prosesi menuju tempat peristirahatan, biasanya makam keluarga.

Prosesi dan kata-kata kesedihan tergambar di peti pemakaman.

Barang-barang kuburan yang meliputi perhiasan, senjata, dan tembikar diatur di sekitar tubuh di lantai makam.

Makanan disediakan untuk pelayat di lokasi pemakaman, dan makanan serta gelas pecah sering ditemukan di makam.

Kuda-kuda almarhum sering dikorbankan di lokasi pemakaman setelah mereka menarik kereta pemakman ke tujuan akhirnya.

Anggota keluarga lainnya juga dimakamkan di tempat yang sama ketika mereka meninggal, yang berarti barang-barang kuburan diatur ulang untuk memberikan ruang bagi penghuni baru.

Makam kelompok seperti itu sangat populer sampai tahun 1100 SM.

Setelah tahun 1100 SM, orang Yunani menguburkan orang mati terutama di kuburan individu.

Kecuali Athena, karena orang Athena biasanya mengkremasi orang mati dan meletakkan abu mereka ke dalam guci.

Situs kuburan menjadi lebih sederhana dan barang kuburan menurun selama periode Archaic, sementara kuburan menjadi lebih luas.

Menariknya, upacara sederhana bertepatan dengan kebangkitkan demokrasi.

Namun, pada abad keempat, ketika demokrasi menurun, makam yang rumit dan situs kuburan menjadi populer lagi.

Di Yunani, wanita memainkan peran utama dalam ritual pemakaman.

Mereka bertugas mempersiapkan tubuh, yang dibasuh, diurapi, dan sebuah karangan bunga ditempatkan di dada.

Mulut kadang-kadang disegel dengan tanda yang disebut ‘obol Charon’.

Ini berupa koin sebagai pembayaran bagi penambang orang mati untuk mengangkut jiwa dari dunia orang hidup ke dunia orang mati.

Selain itu, sebuah tablet emas ditempatkan di bibir almarhum yang dimaksudkan untuk menavigasi akhirat, dan memberikan penghormatan yang tepat kepada penguasa dunia bawah, yaitu Hades dan Persephone.

Setelah tubuh disiapkan, kemudian ditata untuk dilihat pada hari kedua.

Wanita kerabat, dengan terbungkus jubah gelap, berdiri di sekitar tubuh.

Istri atau ibu memimpin kebaktian dengan melantunkan syair, menjambak rambutnya, dan memukul dirinya sendiri.

Ritual ini disebut dengan Prothesis.

Sebelum fajar pada hari ketiga, jenazah dibawa ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Ritual itu harus dilakukan dengan benar untuk orang mati sehingga jiwa orang yang meninggal akan disambut di alam baka.

Ada sebuah kisah Yunani, ketika Sisyphus dibiarkan tidak dikubur oleh istrinya atas perintahnya.

Setelah kematiannya, Sisyphus mengunjungi Ratu kematian, Persephone dan menjelaskan bahwa dia tidak dikuburkan dan perlu kembali ke dunia orang hidup untuk meminta istrinya menguburkannya.

Persephone mengabulkan permintaannya dan dia kembali ke dunia orang hidup.

Namun, para dewa mengetahui tentang tipu dayanya dan menghukumnya.

Dia harus membawa batu ke puncak tebing, namun batu itu menggelinding ke bawah dan hancur, dia harus mengangkat batu itu dan mengulangi prosesnya berulang-ulang untuk selama-lamanya dan tidak pernah ada kemajuan apa pun.

Mitos ini adalah di mana seseorang diperkenalkan dengan upaya Sisyphusean.

Baca Juga: ‘Kapal Pemakaman’, Tradisi Pemakaman Bangsa Viking, Salah Satu Cara Hormati Kematian, Agar Perjalanan ke Alam Baka Lebih Aman, Bersama Barang-barang Kesayangan Termasuk Budaknya

Baca Juga: ‘Peti Mati Fantasi’, Tradisi Pemakaman di Ghana yang Mahal dengan Desain Peti Mati yang Cerminkan Pemakainya, Demi Menghormati Orang yang Meninggal dengan Cara yang Tepat

Temukan sisi inspiratif Indonesia dengan mengungkap kembali kejeniusan Nusantara melalui topik histori, biografi dan tradisi yang hadir setiap bulannya melalui majalah Intisari. Cara berlangganan via https://bit.ly/MajalahIntisari

Artikel Terkait