Find Us On Social Media :

Tepis Tuduhan Barat, Mantan Presiden Rusia Bocorkan Rusia Akan Gunakan Senjata Nuklir dalam 4 Skenario Ini, Perang di Ukraina Tidak Termasuk

By Tatik Ariyani, Minggu, 28 Agustus 2022 | 14:25 WIB

Ilustrasi senjata nuklir Rusia

Intisari-Online.com - Sejak invasi Rusia ke Ukraina, Rusia kerap dituduh akan menggunakan senjata nuklir di Ukraina.

Namun, Rusia menolak tuduhan akan menggunakan senjata nuklis dalam perangnya di Ukraina.

Mantan presiden Rusia Dmitry Medvedev kepada media Prancis, Jumat, mengungkap kapan tepatnya Rusia akan menggunakan senjata nuklirnya.

Medvedev mengungkap bahwa Rusia hanya akan menggunakan senjata nuklir dalam empat skenario.

Keempat skenario tersebut semuanya menghadirkan ancaman eksistensial bagi negara Rusia.

Berbicara kepada saluran TV LCI, Medvedev ditanya apakah doktrin militer Rusia memungkinkan penggunaan senjata nuklir taktis.

Mantan presiden itu menjawab bahwa sikap nuklir Moskow telah dipublikasikan, dan tidak ada rahasia tentang itu.

“Ada empat alasan penggunaan senjata nuklir. Demi kepentingan dan untuk publik Prancis, saya akan menyebutkannya: peluncuran rudal nuklir, penggunaan senjata nuklir, serangan terhadap infrastruktur penting yang mengendalikan senjata nuklir, atau tindakan lain yang mengancam keberadaan negara (Rusia),” katanya, seperti melansir Russian Today, Sabtu (27/8/2022).

Ia menambahkan bahwa sejauh ini tidak ada hal di atas yang terjadi.

Mengomentari kemungkinan penggunaan senjata atom taktis, atau senjata yang mengandung uranium, mantan presiden itu mencatat bahwa Rusia tidak pernah menerapkannya, tidak seperti beberapa negara Barat.

“Selama 20-30 tahun terakhir, negara-negara NATO telah menggunakannya dengan cukup aktif baik di Yugoslavia maupun Irak. Ada beberapa ketidakpastian seputar topik ini, dengan konsekuensi yang sangat tragis. Jadi, dalam hal ini, pertama-tama kita harus melihat apa yang telah dilakukan negara-negara Barat dalam situasi tertentu,” kata Medvedev.

Medvedev menekankan bahwa tanggapan Rusia "akan konsisten dengan ukuran ancaman yang dihadapi negara ini," dan bahwa serangan militer Moskow di Ukraina, yang dimulai pada akhir Februari, adalah tindakan defensif.