Saat Hamil Tua, Ibu Fatmawati Jahit Bendera Merah Putih Atas Permintaan Soekarno, Tapi Dilarang oleh Dokter, Ini yang Dilakukannya

K. Tatik Wardayati

Penulis

Upacara penaikan bendera sang merah putih di halaman gedung pegangsaan timur 56 (Gedung Proklamasi). Bendera yang digunakan adalah hasil jahitan tangan Fatmawati.

Intisari-Online.com – Merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia tidak pernah lepas dari tradisi lomba-lomba di lingkungan rumah dan peringatan detik-detik Proklamasi yang dirayakan setiap tahun di Istana Merdeka.

Puncak acara peringatan Detik-detik Proklamasi adalah saat pengibaran Sang Merah Putih oleh Kelompok Pasukan Pengibar Bendera Pusaka atau Paskibraka.

Bendera yang dikibarkan di Istana Kepresidenan itu bukanlah bendera pusaka yang dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Sejak tahun 1969 yang dikibarkan hanyalah duplikatnya, karena untuk menjaga ketahanan bendera pusaka sebagai benda sejarah, maka sejak itu dipensiunkan.

Bendera Merah Putih yang dikibarkan pada saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 dijahit oleh istri Presiden Soekarno, Fatmawati.

Bendera yang dijahit Fatmawati inilah yang kemudian disebut sebagai ‘Bendera Pusaka’.

Seperti pernah diberitakan pada Kompas 16 Agustus 1975, bendera pusaka dijahit oleh Fatmawati pada bulan Oktober 1944, dua minggu sebelum melahirkan putra sulungnya, Guntur Soekarno Putra, saat itu Fatmawati berusia 21 tahun.

Karena kehamilannya yang sudah tiba waktunya untuk melahirkan, maka dokter melarangnya menggunakan mesin jahit kaki, maka Fatmawati menjahit dengan tangannya sendiri.

Fatmawati memperoleh kain bendera tersebut dari seorang perwira Jepang, yang bernama Shimizu.

Dia datang sendiri ke rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur dengan mengantarkan dua blok kain katun, masing-masing berwarna merah dan putih.

Fatmawati menyelesaikan jahitan bendera itu dalam waktu dua hari dan menjadikannya yang terbesar di Jakarta setiap kali dikibarkan di halaman rumahnya.

Pada tahun berikutnya, bendera hasil jahitan Fatmawati itu digunakan ketika upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945.

Fatmawati mengungkapkan perasaannya saat itu sebuah kebahagiaan karena dia merasa kemerdekaan suatu negara Indonesia yang selama ini diidam-idamkan dari perjuangan tak lama lagi akan menjadi kenyataan.

Fatmawati juga mengemukakan betapa tertekannya perasaan ketika Jepang melarang pengibaran bendera merah putih.

Kemudian barulah pada September 1944, pemerintah militer Jepang mengizinkan pengibaran bendera merah putih dan melagukan Indonesia Raya.

Baca Juga: Corak Benderanya Dikenal hingga Menginspirasi Banyak Negara di Dunia, Benarkan Panji Majapahit Sebenarnya Cikal Bakal Bendera Malaysia, Ini Penjelasannya

Baca Juga: '….. Saya yang Membawa', Kisah Putri Presiden Soekarno dan Cucu Presiden Soeharto Pernah Jadi Anggota Paskibraka Pembawa Baki

Temukan sisi inspiratif Indonesia dengan mengungkap kembali kejeniusan Nusantara melalui topik histori, biografi dan tradisi yang hadir setiap bulannya melalui majalah Intisari. Cara berlangganan via https://bit.ly/MajalahIntisari

Artikel Terkait