Ketiga, dokter forensik menemukan lubang di dada diduga bekas tembakan, yang keempat ada lobang yang diduga juga keempat lubang tersebut bekas peluru.
Selain itu, dokter forensik juga menemukan luka terbuka di bagian bahu yang dagingnya hampir terkelupas.
Tim dokter forensik masih belum mengetahui apa penyebabnya, yang diduga bukan akibat peluru.
Perihal Otak Pindah ke Perut Usai Autopsi
Seperti yang kita tahu jenazah Brigadir J sendiri sudah pernah diautopsi dan kembali dilakukan proses otopsi ulang yang lebih rumit.
Terkait temuan organ otak yang pindah ke perut, seorang pemeriksa medis untuk kematian dari Universitas Alaska Fairbanks, Zoe-Anne Barcello, melalui akun Quora pernah menjelaskan bahwa organ yang diteliti saat autopsi memang tidak perlu dikembalikan ke tempatnya semula.
Hal tersebut dibenarkan oleh dokter spesialis forensik Oktavinda Safitry, yang akrab disapa dr Idhoen.
Terkait prosedur standar autopsi, aturan mengharuskan agar semua organ dikembalikan ke dalam tubuh.
Standar pelayanan merupakan aturan resmi, untuk tindakan kedokteran, kementerian kesehatan menerbitkan stand pelayanan minimal, sehingga jika dilakukan melebihi aturan akan lebih bagus.
dr Idhoen melalui akun Twitter pribadinya mengungkap:
"Bicara etika bicara konteks bicara niat. Ketika teknisi memasukkan otak ke rongga perut karena terdesak waktu."
"Korban harus segera dibawa, sementara kalo harus sesuai rongga-rongga akan rumit proses penjahitan dandapat berakibat ketinggalan pesawat. Maka tidak ada pelanggaran."
"Ketika kondisi normal-normal saja, tidak diburu waktu, namun otak diletakkan di perut, karena teknisinya bekerja sesuai SPO aja. Itu juga gak masalah."
"Tapi kalau karena malas, "ah penjahat ini," atau "ah, mayat tak dikenal ini" di situ kita bisa mengidentifikasi potensi pelanggaran etika," tegasnya.
(*)