Penulis
Intisari-online.com - Harga minyak sawit mentah Malaysia akan tetap lemah untuk sebagian besar kuartal ketiga tahun ini, kata menteri komoditas Malaysia, Senin (25/7).
Ini terjadi setelah produsen saingannya, Indonesia, menghapus pungutan ekspornya.
"Ini tidak dapat dihindari mengingat persaingan yang lebih ketat dari Indonesia, produsen minyak sawit terbesar di dunia,"kata Zuraida Kamaruddin dalam sebuah pernyataan.
"Dalam upayanya untuk mengeluarkan sebanyak mungkin kelebihan minyak sawit dari stok yang ada," tambahnya.
Patokan harga minyak sawit mentah Malaysia menguat ke level rekor awal tahun ini karena invasi Rusia ke Ukraina.
Sementara larangan ekspor sementara oleh Indonesia memperketat pasokan minyak nabati global.
Tetapi harga jatuh ke level terendah dalam satu tahun dalam beberapa pekan terakhir karena Indonesia membalikkan keputusan sebelumnya untuk membatasi ekspor.
Indonesia bulan ini menghapus pungutan ekspor untuk semua produk minyak sawit hingga 31 Agustus.
Menyusul serangkaian upaya untuk meningkatkan ekspor dan mengurangi persediaan yang tinggi, dan juga mempertimbangkan untuk menghapus aturan penjualan domestik untuk eksportir.
Akibatnya, harga rata-rata minyak sawit mentah untuk kuartal ketiga diproyeksikan berkisar antara 4.800 ringgit dan 5.200 ringgit per ton.
Ini juga terbebani oleh produksi yang lebih baik di Malaysia, kata Zuraida Kamaruddin.
Harga diperkirakan akan naik menjadi 5.000-5.500 ringgit per ton pada kuartal keempat.
Dengan dimulainya kembali pungutan ekspor di Indonesia dan penurunan produksi yang diperkirakan, tambahnya.
Sementara itu, sebelumnya harga minyak kelapa sawit diatur oleh Malaysia, hal ini disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan.
Luhut mengaku geram lantaran minyak kelapa sawit Indonesia diatur oleh negara lain.
Padahal Indonesia merupakan penghasil minyak nabati terbesar di dunia.
"Bangsa kita selama ini enggak bisa diatur orang, kita jangan mau diatur. Kita yang ngatur diri kita dan kita yang atur minyak kelapa sawit dunia, masa dari Kuala Lumpur, yang benar saja lah," kata Luhut.
Itulah sebabnya dengan pelaksanaan audit bertujuan agar harga minyak sawit Indonesia tidak diatur oleh negara lain.