Penulis
Intisari-Online.com -Kepala CIA Bill Burns pada Rabu (20/7/2022) mengatakan, penyebab krisis Sri Lanka bangkrut adalah utang bodoh kepada China dan itu seharusnya menjadi peringatan bagi negara-negara lain.
Sebelumnya diketahui bahwaSri Lanka mengalami kehabisan bensin dan solar setelah beberapa pengiriman tertunda.
Tak hanya itu melansir Kompas.com, ratusan ribu pengendara sampai menghabiskan waktu berjam-jam menunggu bensin dan solar akibat krisis Sri Lanka bangkrut.
Kekacauan itu juga membuat pemerintah menutup lembaga negara non-esensial bersama sekolah-sekolah selama dua minggu untuk mengurangi perjalanan karena krisis energi.
Beberapa rumah sakit di seluruh negeri juga melaporkan penurunan tajam dalam kehadiran staf medis karena Sri Lanka kehabisan bensin.
"Sri Lanka--yang berutang banyak kepada China--membuat beberapa taruhan sangat bodoh tentang masa depan ekonomi mereka, dan sebagai akibatnya menderita konsekuensi cukup besar, baik secara ekonomi maupun politik," kata Burns di Aspen Security Forum, dikutip dari kantor berita AFP.
"Itu, saya pikir, seharusnya menjadi pelajaran penting bagi banyak negara lain--tidak hanya di Timur Tengah atau Asia Selatan."
"Tetapi di seluruh dunia--untuk membuka mata lebar-lebar tentang transaksi semacam itu," lanjutnya.
AFP melaporkan, China banyak berinvestasi di Sri Lanka yang letaknya strategis di Samudera Hindia dan berdekatan dengan rivalnya yaitu India, serta bekerja sama erat dengan mantan presiden Gotabaya Rajapaksa.
Eks presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa kabur dan mengundurkan diri pekan lalu saat menghadapi protes massal atas kondisi ekonomi yang mengerikan.
Sri Lanka hampir kehabisan pasokan makanan dan bahan bakar.
Sri Lanka diketahui banyak meminjam uang dari China untuk mendanai proyek infrastruktur, tetapi beberapa di antaranya tidak terpakai.
Pada 2017, Sri Lanka tidak dapat melunasi pinjaman 1,4 miliar dollar AS (Rp 20,99 triliun) untuk membangun pelabuhan di selatan negara itu, dan terpaksa menyewakan fasilitas tersebut kepada perusahaan China selama 99 tahun.
Di dekat pelabuhan itu ada Bandara Rajapaksa, dibangun dengan dana pinjaman 200 juta dollar AS (Rp 2,99 triliun) dari China, yang sangat jarang digunakan sampai pernah tidak sanggup membayar tagihan listriknya.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga secara terbuka menyalahkan blokade Rusia terhadap ekspor gandum Ukraina sebagai faktor yang berkontribusi dalam krisis Sri Lanka bangkrut, karena mengakibatkan kenaikan tajam harga makanan.
Sementara itu, direktur Center od Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, Sri Lanka yang gagal bayar utang luar negeri harus menjadi pelajaran bagi negara lain, termasuk Indonesia.
Pasalnya, rasio utang negara tersebut naik drastis dari 42% di tahun 2019 menjadi 104% di tahun 2021.
Adapun salah satu penyebabnya adalah beban pengeluaran selama pandemi Covid-19, utang inftrastuktur dan kegagalan mengatasi naiknya harga barang atau inflasi.
(*)