Find Us On Social Media :

Digambarkan Sebagai Salah Satu Wanita Paling Cantik di Dunia, Inilah Putri Neslisah Sultan, Keturunan Dinasti Ottoman Terakhir yang Pernah Kuasai Separuh Dunia, Perannya Sebagai Ibu Negara Mesir

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 21 Juli 2022 | 12:05 WIB

Putri Neslisah Sultan, keturunan Ottoman yang terakhri.

Intisari-Online.comPutri Neslisah Sultan merupakan cucu dari Sultan Wahideddin, penguasa Utsmaniyah ke-36 dan terakhir.

Itu berarti dia merupakan keturunan terakhir yang diakui dari dinasti Ottoman yang pernah menguasai separuh dunia.

Saat kematiannya, pada tahun 2012, di Istanbul, pihak berwenang Turki menyelenggarakan pemakaman nasional dan mengakui dia memiliki garis keturunan yang sama dengan Sultan Mohamed Al-Fatih dan Suleiman Agung, tokoh penting dalam sejarah Ottoman.

Dia juga merupakan bagian dari sejarah modern Mesir, namun hanya sedikit orang yang ingat bahwa pada tahun 1940-an, Neslisah ada di halaman depan majalah Mesir dan asing, yang menggambarkannya sebaagai salah satu wanita paling cantik di dunia.

Dia sering menemani Putri-putri istana Mesir ke acara-acara publik, Neslisah adalah sosok yang magnetis.

Tinggi, anggun, mengesankan, dengan tata krama yang apik, dia mewakili esensi aristokrasi sejati, menoleh ke mana pun dia muncul.

Putri Neslisah kemudian menikah dengan Pangeran Abdel-Moneim Abbas Hilmi, putra Khedive terakhir Mesir, pada tahun 1941.

Namun, suaminya hanya berada di urutan ketiga dalam takhta Mesir dan bagian dari cabang keluarga yang dikesampingkan setelah Khedive Abbas Hilmi diasingkan dan Sultan Fuad mengambil alih.

Namun, karena sejarah sering tidak dapat diprediksi, dia mengambil peran tidak resmi sebagai ibu negara Mesir untuk waktu yang singkat, pada tahun 1952, setelah turun takhta Raja Farouk dan penunjukkan suaminya sebagai kepala dewan kabupaten.

Selama sembilan bulan, dia mewakili simbol terakhir kerajaan Mesir.

Dididik di Prancis dengan pengasuh Jerman, Neslisah ditakdirkan untuk menjadi lebih dari sekadar gadis sampul yang cantik.

Karyanya tidak terbatas pada upacara pemotongan pita tradisional dan resepsi diplomatik saja.