Penulis
Intisari-Online.com - DuluTimor Lestemerupakan salah provinsi di Indonesia yang bernama Timor Timur.
KemudianTimor Timur memutuskan untuk memisahkan diri dan menjadi negara yang kini kita kenal dengan Timor Leste.
Namun tidak mudah bagi Timor Leste untuk merdeka. Mereka menghadapi banyak masalah.
Termasuk kejadian dengan Australia ini. Di mana mereka katanya disiksa oleh tentara Australia.
Dilansir dariabc.net.au pada Kamis (21/7/2022), semua berawal ketika selamamisi perdamaian yang dirayakan secara luas di Timor Timur.
Pada saat itu,tentara Australia menahan 14 pria dan anak laki-laki di fasilitas interogasi rahasia.
Para tahanan, yang dicurigai sebagai milisi pro-Indonesia, mengatakan bahwa mereka ditelanjangi, diserang, tidak diberi makan, air, dan tidur dan secara paksa menunjukkan tubuh dua anggota milisi yang telah hancur.
MiliterAustralia mengira mereka semua adalah target "bernilai tinggi". Mereka salah.
Sebab di antara mereka ada tiga anak laki-laki, petani, dan seorang laki-laki penyandang disabilitas.
Four Corners telah melacak 11 dari 14 tahanan dan untuk pertama kalinya, mereka secara terbuka menceritakan kisah mereka.
Merekamengatakan mereka disiksa dan masih trauma dengan apa yang dilakukan orang Australia terhadap mereka.
Mereka berada di tempat yang salah pada waktu yang salah
Pada bulan Oktober 1999, geng-geng milisi pro-Indonesia meneror dan membunuh orang Timor Timur di seluruh negara yang baru dibebaskan yang sekarang dikenal sebagai Timor Leste.
Pasukan Internasional untuk Timor Timur (INTERFET) yang dipimpin Australia dikerahkan dalam misi perdamaian untuk menghentikan kekerasan.
Di kota barat daya Suai, dekat perbatasan Indonesia, pasukan khusus Australia, Selandia Baru, dan Inggris telah memasang penghalang jalan untuk mengusir milisi yang tersisa.
Ketika sebuah truk mencoba menerobos penghalang jalan, tentara SAS Australia melepaskan tembakan, melukai empat orang Timor.
Keempat orang itu, bersama dengan 10 orang prajurit pasukan khusus yang dicurigai sebagai milisi, dibawa ke ibu kota, Dili, untuk diinterogasi.
Di Dili, orang-orang itu kemudian disalahkan atas penyergapan di dekat Suai yang menyebabkan dua tentara SAS Australia terluka.
Padahal ke-14 orang itu tidak terlibat. Tapi mereka telah ditangkap beberapa jam sebelum penyergapan.
Setibanya di Dili, orang-orang itu ditutup matanya dan diborgol saat mereka dibawa keluar dari helikopter Black Hawk oleh tentara Australia.
Empat korban luka dibawa ke rumah sakit.
Sementara 10 orang lainnya yang seharusnya dibawa ke fasilitas penahanan resmi di jantung ibu kota Timor Leste, malah di bawake pusat interogasi rahasia yang dikelola Australia di heliport Dili, tempat tentara SAS Australia ditempatkan.
Dibawa ke dalam tenda militer kecil yang panas, orang-orang itu ketakutan.
Ditengah interogasi, orang-orang itu ditutup matanya dan dipaksa duduk bersila dengan tangan terikat di tenda militer di bawah terik matahari.
Salah satu tahanan adalah seorang petani bernama Valdemar de Neri, di mana dia menderita gangguan pendengaran dan bicara yang parah.
Tapi karena diatidak bisa mendengar apa yang mereka katakan,tentara Australia mengira dia sangat terlatih atau semacamnya.
Yang jelas, mereka juga disiksa.
“Mereka menyiksa kami,” kata salah satu tahanan bernama Julio da Silva yang baru berusia 16 tahun pada saat itu.
"Mereka memukul saya, meninju sayahingga saya jatuh ke belakang," kata da Silva.
"Mereka juga menggunakan senjata untuk memukul saya dari belakang."
Da Silva mengaku mereka tidakdiberi makanan dan hanya diberi seteguk air dari tutup botol, meskipun panas terik di tenda.
Pada saat itu, da Silva mengira dia akan mati.
"Mereka mengira kami adalah milisi. Padahal saya tidak tahu apa arti milisi itu."
Pengakuan para mantan tahanan itu mengejutkan. Sebab Australia selalu dipandang sebagai sekutu dekat Timor Leste.