Find Us On Social Media :

Sudah Jelas Negaranya Bangkrut Gara-Gara Gagal Bayar Utang, Sri Lanka Malah Nekat Jorjoran Utang Duit Sebanyak Ini Ke China, Untuk Apa ?

By Afif Khoirul M, Minggu, 17 Juli 2022 | 07:40 WIB

Ilustrasi krisis Sri Lanka.

Komentar Kohona datang saat Sri Lanka berada di tengah krisis ekonomi dan bahan bakar terburuk sejak kemerdekaan pada tahun 1948.

Negara kepulauan Asia Selatan telah menerima dukungan 3,8 miliar dollar AS (Rp5,6) dari India dan sedang dalam negosiasi untuk kesempatan meminjam lebih banyak.

Sri Lanka berutang negara asing sekitar 51 miliar dollar AS (Rp764 T) dan negara itu hampir tidak memiliki mata uang asing untuk membayar utang atau mengimpor barang-barang penting.

Sri Lanka berutang kepada China lebih dari 3,5 miliar dollar AS (Rp52 T) dan meminta Beijing untuk merestrukturisasi utangnya.

Pemerintah Kolombo bersikeras bahwa Beijing bukanlah orang yang mendorong negara itu untuk gagal bayar dan bahwa pinjaman China hanya menyumbang sekitar 10% dari utang Sri Lanka.

Dalam menghadapi kerusuhan yang berkembang, Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa telah meninggalkan negara itu dan mengajukan pengunduran dirinya.

Pada tanggal (15/7), surat pengunduran diri Gotabaya melalui email diterima.

"Gotabaya telah mengundurkan diri secara sah," kata Ketua Parlemen Sri Lanka Mahinda Yapa Abeywardana.

Di bawah konstitusi Sri Lanka, Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe menjadi penjabat Presiden setelah Gotabaya mengundurkan diri.

Namun, Wickremesinghe juga tidak mendapat dukungan dari banyak orang.

Ketua Parlemen Mahinda Abeywardana mengatakan anggota parlemen Sri Lanka akan bersidang pada (16/7) untuk membahas pemilihan presiden baru.