Find Us On Social Media :

Romo Mangun: Biarkan Perguruan Tinggi Brengsek dan Awut-Awutan Tapi Jangan Perguruan Dasar!

By Moh Habib Asyhad, Rabu, 12 Juli 2017 | 09:00 WIB

Romo Mangun: Biarkan Perguruan Tinggi Brengsek dan Awut-Awutan Tapi Jangan Perguruan Dasar!

Intisari-Online.com - Cita-citanya telah jauh terlampaui ketika meninggal dunia di Jakarta pada Rabu, 10 Februari 1999.

Tapi obsesinya tentang pendidikan anak-anak miskin belum tergapai benar. Gagasannya tentang bangsa yang cerdas dalam negara federasi juga belum terlihat embrionya.

Tetap saja, karya-karyanya sangatlah besar untuk diteladani. Dialah Yusuf Bilyarta Mangunwijaya atau yang lebih dikenal dengan Romo Mangun.

(Baca juga: Potret Pendidikan di Finlandia: Waktu Belajar Hanya 3 Jam, Tak Ada PR dan Ujian, tapi Jadi yang Terbaik di Dunia)

Manusia dengan aneka predikat - pastor, guru, insinyur, sastrawan, kolomnis, pendamping kaum tertindas - Romo Mangun baru saja berbicara pada Simposium "Meningkatkan Buku Dalam Upaya Membentuk Masyarakat Baru Indonesia", yang diselenggarakan Yayasan Obor Indonesia, di Hotel Le Meridien, Jakarta, 10 Februari 1999.

Tiba-tiba badannya limbung nyaris jatuh.

Mohamad Sobary, rekan yang baru saja menyambutnya, langsung membaringkan dia di lantai Ruang Puri. Pukul 13.55 WIB siang itu, Romo Mangun meninggal karena serangan jantung.

“Semua orang, apalagi pribadi sebaik Romo Mangun, meninggal di pelukan Tuhan,” tulis Sobary di Kompas keesokan harinya.

Ilmuwan sosial LIPI itu bagai hendak membingkai secara kontemplatif kenyataan faktual bahwa Romo Mangun mengembuskan napas terakhir di dalam rangkulannya.

Di saat terakhir Romo Mangun getol menggeluti pendidikan.

Yasasan Dinamika Edukasi Dasar, wadah pengajaran bagi anak-anak miskin dan telantar, yang lama tak diseriusinya meski telah berdiri sejak 1980-an, belakangan diurusinya lagi.

Dalam wawancara dengan Editor edisi 19 Mei 1994, ia berujar, “Saya rindu menjadi guru SD.”